Judul: Reputation-Driven Corporate Social Responsibility, Pendekatan Strategic Management dalam CSR
Penulis: AB Susanto
Penerbit: Esensi, Erlangga Group, 2009
Tebal: 126 halaman
ASPEK sosial adalah bagian integral dari kegiatan usaha sebuah korporasi. Awalnya dalam bentuk sederhana, berupa kegiatan filantropi atau charity kepada komunitas di mana perusahaan itu beroperasi.
Kini, hal itu telah melembaga menjadi apa yang dikenal sebagai tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR). Bahkan, CSR telah dimandatkan dalam UU 40/2007 tentang Perseroan Terbatas. Artinya CSR wajib hukumnya dilakukan pengelola perusahaan, terutama yang bergerak di bidang yang terkait dengan sumber daya alam.
Namun, pada kenyataannya, masih banyak pengelola perusahaan yang menganggap CSR sebagai liability, sebagai beban yang hanya menambah biaya perusahaan. Belum muncul pemahaman betapa CSR sebenarnya sangat bermanfaat bagi perusahaan, di samping tentunya bagi komunitas.
Melalui buku ini, pakar manajemen strategis AB Susanto, menawarkan perspektif bahwa seharusnya ada kesadaran dari pengelola perusahaan bahwa CSR ini dibutuhkan. Dengan kata lain, CSR hendaknya ditempatkan sebagai sebuah investasi yang memberi banyak manfaat bagi perusahaan.
Menurut AB Susanto, seiring dengan kesadaran publik, CSR kini menjadi social license to operation (izin sosial untuk beroperasi). Perusahaan yang tidak menjalankan CSR, bakal menemui kesulitan.
Setidaknya ada sejumlah manfaat yang bisa dipetik perusahaan yang memiliki program CSR, tentu saja terbangunnya reputasi yang baik. Berangkat dari reputasi inilah, multiplier effects yang menguntungkan siap menanti. Antara lain, berdasarkan survei, 75 persen responden memberi nilai lebih kepada produk/jasa yang dihasilkan perusahaan yang memberi kontribusi nyata melalui CSR. Selanjutnya, 66 persen responden siap beralih merek produk atau jasa ke perusahaan yang terbangun reputasi positifnya melalui CSR.
Artinya, CSR sangat berkorelasi positif, tidak hanya terhadap kepuasan konsumen, tetapi juga loyalitas konsumen. Dari sinilah ruang-ruang keuntungan secara bisnis terbuka luas.
Secara sederhana, penulis merumuskan proses transformasi orientasi perusahaan dalam "3P", yaitu profit (keuntungan), people (komunitas sekitar), dan planet (masyarakat dalam skala yang lebih luas). [A-17]
Sumber: Suara Pembaruan, Minggu, 15 November 2009
No comments:
Post a Comment