SUASANA halaman Museum Adityawarman yang terletak di pinggir Pantai Padang, tiba-tiba berubah drastis. Ratusan anak-anak berpakaian serba-merah, lalu lalang sambil membawa alat bermain. Jika tak ada Festival Permainan Tradisional Anak se-Sumatera, banyak orang lupa dengan aneka permainan anak tradisional.
Permainan Ulo-Ulo (Wiwin Wirwidya Hendra)
Peserta memainkan tarompa panjang (sendal dari kayu yang panjangnya 50 cm), engrang dan tarompa galuak. Ketika peluit bermain dibu- nyikan, sorak-sorai para penonton pun kemudian membahana, sekeras harapan masing-masing kontingen, untuk membawa pulang hadiah jutaan, pascafestival permainan tradisional anak se-Sumatera tuntas digelar, Senin (7/7).
Dari pagi, para peserta festival sudah berkumpul bersama pendamping. Ada yang berlatih main engrang, sambil sesekali jatuh dan ada pula guru pendamping yang sibuk memberikan trik bagi anak-anaknya yang akan turun bertanding. "Pegang engrangnya kuat-kuat ya. Jangan sampai jatuh," kata Reni, pendamping salah satu kontingen dari Kota Sawahlunto.
Sebelum bertanding, acara pembukaan berlangsung heboh. Apalagi, ketika kontingen Sumatera Utara (Sumut) mempertunjukkan kebolehan mereka dengan bernyanyi tor-tor sambil menggunakan engrang dan tarompa galuak. Tak lupa, beberapa penonton menyelipkan lembaran uang kepada anggota kontingen yang sedang beraksi. Ketika pertandingan dimulai, spontan setiap kontingen berdiri di garis start permainan yang telah dipersiapkan panitia. Mulai dari pertandingan engrang, dimana setiap peserta harus berjalan menggunakan kayu tinggi. Gamang memang, tapi sepertinya mereka sudah lihai, karena persiapan yang sudah matang sebelum festival berlangsung.
"Saya berlatih sejak tiga minggu lalu. Awalnya memang susah, tapi karena dilatih terus akhirnya saya bisa," kata Syamsuddin, kontingen dari Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara (Sumut).
Kontingen Mandailing akhirnya memang berhasil meraih juara pertama lomba tersebut, Menurut Syamsuddin, kakinya sempat lecet, karena diberikan tanggung jawab untuk belajar permainan terompa galuak, terompa panjang dan engrang bersama empat temannya.
"Kami antusias saat berlatih, karena selain ingin menang, kami juga tak sabar untuk datang ke Padang, karena belum pernah ke sini sebelumnya," katanya.
Lokot Lubis, pemdamping tim Mandailing Natal, Sumut menyebutkan, dirinya beserta rombongan sangat berharap kegiatan seperti itu bisa dilakukan terus-menerus, sehingga generasi muda tidak lupa akan potensi permainan di negeri sendiri, di samping teknologi yang makin canggih. "Kami tidak menyangka bisa menang, apalagi berlatihnya hanya dua hari sebelum festival diadakan," kata Afrizal, pendamping kontingen Sawahlunto.
Kontingen lain yang mendapat peringkat, yaitu Tanah Datar peringkat kedua lomba engrang, Sumatera Selatan peringkat ketiga lomba engrang, Padang peringkat kedua tarompa panjang dan peringkat ketiga tarompa galuak, dan Padang Panjang peringkat kedua tarompa panjang.
"Untuk hadiah, akan kami bagikan hari ini, sekaligus penampilan potensi tiap-tiap kontingen yang juga akan digelar pada acara penutupan," kata Kepala Balai Pengkajian Seni dan Nilai-nilai Tradisional Kota Padang, Nurmatias.
Menurut Nurmatias, kegiatan ini merupakan bagian dari kemeriahan Visit Indonesia Year 2008 yang diharapkan dapat menarik perhatian wisatawan mancanegara dan domestik untuk berkunjung ke Sumbar.
"Kami akan upayakan menggelar kegiatan ini secara terus-menerus untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Sumbar," tambahnya. [BO/U-5]
Sumber: Suara Pembaruan, Kamis, 10 Juli 2008
No comments:
Post a Comment