Friday, January 02, 2009

Obituari: Perempuan Pelukis Umi Dahlan Wafat

Bandung, Kompas - Perempuan pelukis Jawa Barat, Umaijah Dahlan atau Umi Dahlan, mengembuskan napas terakhir di kediamannya di Jalan Taman Sari 22 A, Bandung, Kamis (1/1) sekitar pukul 07.30. Sore harinya, jenazah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Jabangbayi, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, pukul 16.15.

Makam pelukis yang pernah menghasilkan lukisan ”Pemandangan Merah” pada tahun 1980 ini bersandingan dengan makam ibu dan kakaknya.

”Bu Umi memang sudah pesan jauh-jauh hari agar dimakamkan di samping ibunya. Dia lahir dan besar di Cirebon. Baru ketika memasuki masa kuliah ia di Bandung,” kata Taufik, salah satu kemenakannya.

Salah seorang kerabat lainnya, Lia Yusuf, mengatakan, Umi beberapa waktu terakhir menderita penyakit gula dan baru selesai menjalani operasi tulang sekitar 1,5 bulan lalu. ”Bu Umi sudah tidak aktif lagi melukis sejak tahun 2007,” katanya.

Penghargaan

Pelukis beraliran abstrak yang dilahirkan di Cirebon, 13 Agustus 1942, ini menjadi satu dari sedikit perempuan pelukis ternama di Indonesia. Karyanya tidak hanya dinikmati di dalam negeri. Dalam beberapa kesempatan, karya Umi melanglang buana dari Perancis, Filipina, Jordania, Jepang, dan Denmark. Atas jasanya pada seni lukis Indonesia, Umi dianugerahi Satyalencana Karya Satya 30 tahun dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 25 Juli 2006.

Selain itu, tangan dinginnya sebagai dosen di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung pun melahirkan seniman berbakat, di antaranya Acep Zam Zam Noer, Diyanto, hingga Isa Perkasa.

Menurut Soenaryo, pimpinan Selasar Soenaryo Arts Space, meskipun lukisan Umi terhitung sedikit dibandingkan dengan pelukis lainnya, bukan berarti Umi malas. Alasannya, ia sengaja mengambil waktu lama agar bisa membuat lukisan yang sempurna, baik dari komposisi warna atau pemilihan tema.

Selain itu, Umi, dikatakan Soenaryo, sebagai pelukis abstrak yang konsisten dan setia pada kreasinya.

Hal yang sama dikatakan Acep Zam Zam Noer. Umi dikatakan salah satu guru yang sangat memerhatikan detail lukisan. Ia tidak ingin karya lukisan dihasilkan dalam bentuk massal dengan waktu yang cepat karena bisa mengurangi keindahan seni lukis. ”Ia juga dikenal religius. Banyak sisi religiusnya diungkapkan dalam lukisan,” kata Acep.

Warsini, salah seorang pembantu pribadinya, mengatakan, ada keinginan yang belum tercapai almarhumah, yakni mengadakan pameran tunggal di Bandung. Ia terakhir kali melakukan pameran tahun 2005.(CHE/NIT)

Sumber: Kompas, Jumat, 2 Januari 2009

No comments: