Banda Aceh, Kompas - Ratusan naskah kuno yang ditulis kaum intelektual Aceh pada abad ke-16 dan ke-17 saat ini sudah direstorasi. Namun, jumlah itu sangat kecil dibandingkan dengan naskah-naskah kuno yang masih dalam kondisi rusak. Faktor ketidaktahuan dan minimnya dana restorasi menjadi kendala.
Hal itu dikatakan Direktur Eksekutif Pusat Kajian dan Pendidikan Masyarakat (PKPM) Aceh Mujiburrahman dan Kepala Perpustakaan Ali Hasjmy, Said Murtadha Ahmad Alatas, secara terpisah di Banda Aceh, Selasa (20/1).
Menurut data PKPM, dari 1.878 naskah kuno yang bisa dideteksi di NAD, baru 699 naskah kuno yang direstorasi. Dari 1.550 naskah kuno yang ada di Museum Aceh, hanya 475 naskah dalam kondisi baik.
Hal yang sama terjadi di Museum Ali Hasjmy Banda Aceh. Dari 322 naskah kuno di museum itu, hanya 180 naskah dalam kondisi baik.
Said Murtadha mengatakan, baru dua tahun terakhir pihaknya mendapat bantuan kerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat dan universitas di luar negeri untuk merestorasi dan digitalisasi naskah kuno itu.
Mantan pensiunan Departemen Penerangan ini mengatakan, sebagian besar naskah kuno itu dikumpulkan Ali Hasjmy. Kondisi ruangan dan perawatan seadanya menjadi penyebab rusaknya naskah-naskah tersebut.
Mujiburrahman menuturkan, sebagian besar naskah tersebut berada di dayah (madrasah) tradisional di seluruh Aceh. Naskah kuno tersebut sering dijadikan benda keramat sehingga ada pemilik yang menolak naskah direstorasi. Di sisi lain, penyimpanan naskah-naskah itu dilakukan secara sederhana.
Padahal, ilmu pengetahuan dalam naskah kuno tersebut sangat tinggi. Mujiburrahman mencontohkan, naskah kuno di Dayah Tanoh Abe, Seulimum, Kabupaten Aceh Besar, sebagian besar mengenai ilmu astronomi. Adapun naskah yang dibuat Tengku Syiek Kuta Karang berisi ilmu kedokteran. (mhd)
Sumber: Kompas, Rabu, 21 Januari 2009
No comments:
Post a Comment