* Desain Pembangunan Akan Disayembarakan
JAKARTA, KOMPAS - Taman Majapahit atau Majapahit Park tetap akan dibangun di Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Meski demikian, pembangunan akan didesain ulang dengan cara disayembarakan dan situs yang ada sekarang tidak boleh dirusak.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik kepada pers di Jakarta, Rabu (14/1), mengatakan, pembangunan Majapahit Park bukan untuk kepentingan ekonomi, tetapi mengedepankan kepentingan sejarah dan perlindungan peradaban. Karena itu, sebuah Tim Evaluasi Taman Majapahit akan dibentuk dan bertugas membuat rencana rehabilitasi serta rencana pembangunan ulang.
”Acuan kerjanya, sejarah Majapahit harus diangkat, sedangkan pembangunannya tidak boleh merusak situs. Dua hal itu yang harus dipadukan,” kata Jero Wacik.
Menbudpar mengatakan, pembangunan Taman Majapahit merupakan obsesinya sejak menjadi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2004. Juga keinginan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang disampaikan saat pembukaan Pameran Majapahit di Museum Nasional Jakarta tahun 2007.
”Tak ada urusan dengan Pemilu. Kejar tayang bagi saya, ya.... Masak dalam lima tahun tak ada sesuatu yang saya tinggalkan,” kata Jero Wacik.
Menurut Menbudpar, dibangunnya Taman Majapahit agar masyarakat mengetahui kebesaran Kerajaan Majapahit. Setelah mengetahui kebesaran Majapahit, masyarakat dapat meningkatkan kepedulian dan rasa memilikinya.
Diakui menyimpang
Jero Wacik mengakui, dalam tahap pelaksanaan gagasannya terjadi penyimpangan dari aturan dan kaidah arkeologis. Seharusnya situs diteliti terlebih dahulu secara menyeluruh sebelum dilakukan perencanaan pembangunan agar tidak menimbulkan kerusakan situs dan data arkeologi yang terkandung di dalamnya.
Arkeolog Mundardjito yang mendampingi menteri saat jumpa pers mengatakan, proyek Taman Majapahit memberi pelajaran berharga, antara lain niat baik saja kalau tidak diaplikasikan dengan baik, hasilnya tidak akan baik.
”Karena situs Majapahit adalah aset bangsa, negara dan masyarakat harus menjaganya. Semua harus berkolaborasi. Jangan sendiri-sendiri,” ujarnya.
Dalam pembangunan Taman Majapahit, menurut Mundardjito, sistem pendataan sangat kacau. Banyak situs yang rusak karena penggalian yang serampangan sehingga rehabilitasi situs juga tidak mudah.
”Meski demikian, Tim Evaluasi Taman Majapahit akan tetap bekerja optimal agar bisa dilakukan rehabilitasi kawasan tersebut,” kata Mundardjito. Tim Evaluasi terdiri atas Mundardjito, Arya Abieta, Osriful Oesman, Daud Aris Tanudirjo, Anam Anis, Gatot Utama, Yunus Satrio Atmodjo, Tony Wibisono, dan Bambang Eryudhawan.
Adapun untuk relokasi Pusat Informasi Majapahit yang asalnya berada di kawasan Taman Majapahit, menurut Mundardjito, akan dievaluasi kembali secara mendalam.
Belum dimulai
Di Mojokerto, keputusan pemerintah untuk merehabilitasi situs Majapahit yang rusak akibat pembangunan Pusat Informasi Majapahit hingga Rabu belum dimulai. Pemantauan di lokasi pembangunan Pusat Informasi Majapahit menunjukkan fondasi batu kali dan sejumlah cor dengan beton bertulang masih belum dibongkar.
Lokasi menuju pembangunan dengan ukuran 63 meter x 63 meter yang dipagari seng juga tertutup bagi semua pengunjung. Dua tenaga pengamanan langsung mengambil tangga dan batang-batang kayu untuk menutupi celah terbuka di antara bagian seng penutup itu begitu ada yang mendekat ke lokasi tersebut.
Petugas tenaga pengamanan itu juga melakukan pengaman ketat. Pengunjung diminta tidak memotret kawasan situs. (NAL/INK)
Sumber: Kompas, Kamis, 15 Januari 2009
No comments:
Post a Comment