Bandung, Kompas - Ikatan Arsitek Indonesia Jawa Barat menganggap arsitek yang menangani pembangunan Pusat Informasi Majapahit di Trowulan, Jawa Timur, Baskoro Tedjo, hanya menjadi kambing hitam. Dosen Institut Teknologi Bandung tersebut ditunjuk menjadi arsitek pembangunan PIM ketika masterplannya sudah jadi.
Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jabar Pon S Purajatnika setelah melakukan klarifikasi terhadap Baskoro, Rabu (7/1) di Bandung, mengatakan, pihak yang bertanggung jawab seharusnya adalah pembuat masterplan kompleks.
”Dari pengakuan Baskoro, sebelum dia membuat desain peta lokasi PIM, masterplan sudah jadi. Seharusnya pembuat masterplan ini yang harus mempertanggungjawabkan hasil karyanya,” kata Pon menegaskan.
Menurut dia, kasus ini harus disikapi secara bijaksana. ”Dalam kasus ini, Baskoro hanya menangani secuil dari masterplan yang ada, tetapi dijadikan kambing hitam. Yang perlu ditelusuri adalah siapa pembuat masterplan itu?” ujarnya.
Sementara itu, pihak IAI Jabar masih akan berkoordinasi dengan pihak IAI Pusat untuk menentukan langkah selanjutnya. Menurut Pon, terjadi pelanggaran atau tidaknya oleh Baskoro terkait rancangan Pusat Informasi Majapahit (PIM), belum dapat disimpulkan. IAI akan melakukan klarifikasi terhadap Baskoro.
Klarifikasi akan dilakukan dalam pertemuan dengan IAI Pusat di Jakarta pada 12 Januari 2009. Sebelumnya, Baskoro telah memberikan klarifikasi kepada IAI Jabar di Bandung Selasa lalu. Baskoro adalah salah satu anggota senior IAI Jabar. Kegiatan tersebut juga melibatkan sejumlah anggota Dewan Kehormatan IAI Jabar.
Jika terbukti ada pelanggaran etika profesi, sanksi bisa diberikan berupa pencabutan sertifikat arsitektur sehingga yang bersangkutan tidak bisa berpraktik lagi. ”Namun, kalau tidak terjadi, kami akan membela Baskoro habis-habisan,” katanya.
Pon mengakui, dalam beberapa kasus, arsitek kerap berada pada posisi tawar yang lebih rendah dari pemilik proyek.
”Seorang arsitek hanya akan membuat gambar jika telah mendapatkan izin melakukan pembangunan di wilayah tersebut. Semua sudah bisa menebak, siapa yang bisa memberi izin pembangunan di suatu wilayah administratif,” ungkapnya.
Baskoro selama ini dikenal sebagai arsitek yang cukup concern terhadap desain arsitektur hijau. Karya-karyanya antara lain Kompleks Pemakaman Bung Karno, Student Center Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Gedung Galeri Selasar Sunaryo.
Tidak dilibatkan
Secara terpisah, Balai Arkeologi Yogyakarta sebagai pengemban tugas penelitian arkeologi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, tidak pernah dilibatkan.
”Padahal, Situs Majapahit di Trowulan itu merupakan bagian dari sasaran penelitian arkeologi yang dirancang jangka panjang. Secara akademis maupun teknis Balai Arkeologi Yogyakarta tidak pernah dilibatkan dalam perencanaan pembangunan PIM,” kata Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto.
Menurut Siswanto, Balai Arkeologi Yogyakarta menempatkan Situs Trowulan sebagai prioritas pertama untuk penelitian arkeologi sehingga semestinya tak boleh ada kegiatan lain yang tidak berkaitan dengan penelitian arkeologi.
Akibat proyek PIM tersebut, data arkeologi, berupa bagian bangunan dan artefak masa Majapahit di area proyek yang semestinya menjadi bahan penelitian guna mengungkap kejayaan Majapahit, rusak dan musnah akibat pembangunan fondasi. (JON/GRE/BAY/NAL)
Sumber: Kompas, Kamis, 8 Januari 2009
No comments:
Post a Comment