Monday, January 26, 2009

Ilustrasi Cerpen "Kompas" 2009

ILUSTRASI cerpen Kompas yang coba ditradisikan sebagai ajang para perupa untuk menciptakan karya berdasar tafsir terhadap cerpen sampai kemudian berujung pada pameran karya-karya asli ilustrasi tersebut setiap tahun, tahun-tahun belakangan banyak mendapat kritik. Kalau pada tahun-tahun pertama sejak proyek ini dimulai tahun 2002 kritik lebih banyak berupa apresiasi terhadap karya-karya yang muncul, tahun-tahun belakangan berupa kecaman terhadap mutu karya.

Barangkali perlu dijelaskan lagi bagaimana praktik pembikinan ilustrasi yang menyertai cerpen-cerpen itu muncul setiap minggu. Proyek ini dimulai berdasarkan usul dari teman-teman seniman. Sebelum terbit, naskah cerpen dikirim ke perupa yang dipilih Kompas untuk dibikinkan ilustrasinya. Tafsir terhadap cerpen itu diserahkan kepada si perupa sebebas-bebasnya.

Ketika kritik terhadap mutu karya muncul, dipersoalkan mekanisme pemilihan perupa. Ada yang menyebut, mutu tidak bisa dipertahankan karena mekanisme pemilihan perupa lebih didasarkan pada ”perkoncoan”. Ada pula yang menyebut itu karena peran ”pembisik”. Kalau boleh ditanggapi sebagian, proyek ini memang dimulai dari hubungan baik Redaksi dengan sejumlah seniman, termasuk di antaranya dengan teman dari Yogyakarta, Bandung, Bali, yang kemudian secara sukarela membantu menghubungkan dengan teman-teman seniman. Mereka inilah yang oleh para pengkritik disebut ”pembisik”.

Tidak semua kritik itu tepat, tetapi kami menerima masukan-masukan itu dan mencoba membikin upaya perbaikan. Berikut ini uraian bagaimana Redaksi Kompas, terutama yang bersangkutan langsung dengan penerbitan edisi Minggu, membikin mekanisme baru yang mulai dilakukan sejak awal tahun 2009 untuk pembikinan ilustrasi cerpen.

Pemilihan

Pertama, yang dianggap problematik dalam pembikinan ilustrasi (apakah istilah ini tepat? Sementara, kami mempertahankan istilah ini) cerpen adalah pemilihan perupa. Untuk memecahkan problem ini, Redaksi bersepakat pertama-tama menginventarisasi nama-nama perupa, yang dalam pandangan subyektif masing-masing anggota Redaksi dianggap tepat. Sadar akan pilihan yang sifatnya subyektif ini, maka masukan akan daftar nama itu dibuka seluas-luasnya, baik dari masing-masing anggota Redaksi sendiri, pengelola Bentara Budaya Jakarta yang merupakan lembaga kebudayaan Kompas, juga teman-teman dari Yogyakarta, Bandung, dan Bali yang biasa berkonsultasi dengan kami untuk menentukan pilihan.

Kami membutuhkan 52 perupa, disesuaikan dengan jumlah hari Minggu sepanjang tahun 2009, sementara daftar yang masuk dari usulan sejumlah pihak itu jumlahnya ratusan. Redaksi Kompas dan pihak Bentara Budaya Jakarta duduk dalam rapat untuk menentukan kesepakatan bersama, dari jumlah yang ratusan itu siapa saja yang hendak kami pilih. Itulah mekanisme pertama yang kami lakukan.

Dengan terpilihnya 52 perupa yang kemudian kami tetapkan untuk nanti kami hubungi untuk diminta kesediaan bekerja sama dengan kami untuk membuat ilustrasi itu, berarti perupa yang akan menggarap ilustrasi sepanjang tahun 2009 ini sudah ditentukan. Mudah-mudahan, pihak yang kami minta itu semua bakal sudi bekerja sama dengan kami.

Rencana berikut, kalau tidak ada aral melintang, setelah seluruh edisi Minggu sepanjang tahun 2009 ini terbit, seperti biasanya pada tahun berikutnya kami akan memamerkan karya-karya asli dari ilustrasi tersebut. Dalam hal ini, kami berencana, nantinya kami akan memilih satu karya ilustrasi terbaik. Jadi, kalau selama ini ada ”Cerpen Kompas Pilihan”, maka nantinya juga akan muncul semacam ”ilustrasi terbaik”.

Harapan

Mekanisme seperti kami uraikan di atas mudahan-mudahan bisa menjadi jalan keluar untuk memperbaiki mutu ilustrasi cerpen di harian ini. Dari 52 nama yang masuk daftar kami itu, tanpa kami sengaja, masuk seniman-seniman yang berkarya bukan hanya dalam seni lukis, tetapi juga patung, instalasi, grafiti, fotografi, bahkan seni video.

Dengan keragaman medium itu, harapan kami ilustrasi cerpen akan menjadi lebih segar. (BRE REDANA)

Sumber: Kompas, Minggu, 25 Januari 2009

No comments: