Sunday, January 04, 2009

[Profil] Zara Zettira ZR: Pembebasan Diri di Keheningan

-- Nurdin

SETELAH absen hampir 10 tahun menulis novel, Zara Zettira Zr kembali ke hadapan publik dengan sosok yang lebih dewasa.

Senyumannya tetap mengundang keakraban. Di sela peluncuran novel terbarunya, Cerita dalam Keheningan di Senayan City, Jakarta, menjelang akhir 2008, Zara Zettira Zr tetap penuh pesona.

Apalagi mengenakan atasan kemeja dipadu rok mini warna putih abu-abu bermotif garis lurus terlihat serasi. Mengingatkan kembali pada sosok mantan model dan artis, profesi yang pernah digelutinya.

Ia memang lain jika dijajarkan dengan koleganya karena karya tulis dan sastranya. Sekitar 2.000 cerita pendek (cerpen) telah dibuatnya, 15 novel nonfiksi seperti Teman Minum Kopi, Believe in Love, dan Eugene.


Kali ini novel Cerita dalam Keheningan yang dibuat dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris) bagaikan menggambarkan sisi lain seorang Zara Zettira Zr. Kurang lengkap jika tidak menyebutkan prestasi perempuan kelahiran Jakarta, 5 Agustus 1969 ini yang juga menulis skenario film dan sinetron. Karya-karyanya, sebut saja Hikmah dan Mata Hati, cukup mendapat sambutan pemirsa layar kaca.

Zara begitu panggilan akrabnya, pada acara itu kembali mengukuhkan ia adalah sosok penulis dan akhirnya kembali menulis setelah absen hampir 10 tahun lamanya sejak menikah dengan lelaki kelahiran Hongaria, Zsolt Zsemba berkewarganegaraan Kanada pada 1999 itu.

Sebagai ibu dari dua anak, Alaya Eva Ramadi Zsemba dan Zsolt George Zainuddin Zsemba, meski menetap di Toronto, Kanada, hampir 10 tahun lamanya, ia masih mengikat batin dengan tanah leluhurnya. "Tiap tahun saya pulang ke Indonesia, tetapi ini pertama kalinya pulang ke Kota Jakarta setelah 10 tahun. Benar-benar penuh dengan kenangan," ujar Zara saat mempromosikan buku terbarunya itu.

Dunia menulis memang sudah tidak asing lagi. Pada usia 6 tahun, Zara sudah menampakkan kesukaannya menulis. Ia pun mulai aktif menulis sejak usia 12 tahun hingga mendapatkan penghargaan pada lomba penulisan cerita pendek di salah satu majalah remaja. Dari sini kedekatannya terhadap dunia menulis terus terpupuk dan terpelihara.
Sepuluh tahun menghilang justru menjadikan penulis muda ini kembali dengan sosok dan karakter yang lebih kuat. Sebuah karakter yang penuh dengan 'kematangan'.

Kedewasaan atas kematangan karakter Zara itu terlihat dari caranya memandang proses perjalanan kehidupan pribadinya yang ia tuangkan dalam novel terbarunya. Kedewasaan yang terpampang lewat kejujuran dan semangat memaknai perjalanan hidup ini. Zara Zettira Zr yang sesungguhnya.

"Zara tidak hilang dari kita. Walau 10 tahun di Toronto ia tetap dekat dengan kita, dengan skenario yang ditulisnya. Saya merasakan kembalinya Zara lewat buku terbarunya ini menampakkan Zara yang lebih dewasa," terang presenter Alvin Adam pada acara peluncuran novel Cerita dalam Keheningan itu.

Terbitnya novel ini ibarat kunci utama atas jawaban absen sosok Zara selama 10 tahun. Sebuah kunci untuk saling berbagi pengalaman dan titik puncak karier Zara Zettira Zr, baik sebagai seorang model, artis, maupun penulis.

Sebagai seorang penulis, ada tanggung jawab yang merasa harus dipegangnya untuk berbagi pengalaman dengan orang lain. "Saya akan merasa bersalah jika tidak membagi pengalaman saya," kata penyuka makanan tradisional Indonesia ini.

Selama di Toronto itu, sekitar tujuh tahun ia sempat membuatnya kebingungan. Bukannya masalah penyikapan perbedaan budaya, melainkan ia berhenti dari kegiatan menulis. Ada titik kejenuhan yang hinggap dalam perjalanan kariernya. Sebagai penulis skenario film dan sinetron sering kali memaksa Zara berpacu dengan deadline.

Tidak jarang, alur cerita skenario terpaksa disesuaikan dengan keinginan pihak lain. "Itu bukan saya lagi kalau menulis harus dengarkan suara orang. Kesulitan akan muncul jika diharuskan menulis," terangnya.

Atas dasar itulah, Zara merasakan satu titik jenuh dalam kariernya sebagai penulis, khususnya skenario. Padahal, alasan utama menjadi penulis dan meninggalkan karier sebagai model dan artis karena kesenangan.

Selama kebingungan itu pula, Zara terus mencari jawaban atas permasalahan perjalanan kariernya. Ia mengaku sempat mengalami stres ketika memikirkan hal itu, dan terpaksa menginap di rumah sakit.

Hening

Di saat batin memberontak dan lewat titik jenuh itu pula Zara mengaku menemukan dirinya yang sebenarnya. Jawabannya ada pada kata 'keheningan'.

Dalam nuansa itu, ia benar-benar merasakan kenikmatan. "Keheningan itu begitu indah dan saya merasa bersalah kalau tidak membagi pengalaman betapa indahnya keheningan."

Dalam keheningan itu, ia memahami cara menyikapi kehidupan. Hingga menemukan nilai bahwa keikhlasan penting untuk menghasilkan karya tulis yang baik. Di samping itu, hidup bukan untuk mencari jawaban atas permasalahan, melainkan hanya untuk dinikmati.

"Ketika kita mencari jawaban atas sesuatu, jawaban itu cenderung tidak ketemu. Pasalnya, jawaban itu sesungguhnya sudah ada pada diri kita sendiri, selama ada perbuatan."(*/M-4)



Profil

Nama : Zara Zettira Zr
Tempat, tanggal lahir: 05 Agustus 1969
Profesi : Penulis Novel, Skenario
Suami : Zsolt Zsemba
Nama anak :
- Alaya Eva Ramadi Zsemba
- Zsolt George Zainuddin Zsemba

Domisili : Toronto, Kanada

Karya Novel:
- Every Silence Has A Story/Cerita Dalam Kesunyian
- Believe In Love
- Teman Minum Kopi
- Eugene
- Jejak-Jejak Jejaka
- Jodoh Kelana
- Mimi Elektrik
- Rasta & Bella
- Ronnie Boy

Karya Sinetron:
- Malin Kundang
- Dia
- Hikmah
- Ikhlas
- Jangan Curi Hatiku
- Janji Hati
- Jangan Ucapkan Cinta
- Menjemput Impian
- Mata Hati
- Zahra

Sumber: Media Indonesia, Minggu, 4 Januari 2008


No comments: