JAKARTA, KOMPAS - Bentara Budaya Jakarta bekerja sama dengan Komunitas Lintas Budaya Indonesia menggelar pameran ”Warisan Budaya Tionghoa Peranakan” yang berlangsung di BBJ, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta, 15-25 Januari 2009. Sekitar 300 perabot dan aksesori rumah tangga bernuansa Tionghoa peninggalan tahun 1850-1960 dipamerkan untuk umum dalam rangka Tahun Baru Imlek 2560.
Dari kanan ke kiri, Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama, kurator pameran Gunawan Widjaja, pemerhati masalah kebangsaan Siswono Yudo Husodo, dan Direktur Eksekutif Bentara Budaya Jakarta Efix Mulyadi pada pembukaan pameran Warisan Budaya Tionghoa Peranakan di BBJ, Kamis (15/1) malam. Beragam perabotan rumah tangga yang berasal dari tahun 1850 hingga 1960 itu dipamerkan hingga 25 Januari 2009. (Kompas/Lasti Kurnia / Kompas Images)
Pendiri Kompas-Gramedia, Jakob Oetama, dalam acara pembukaan pameran, Kamis (15/1) malam, mengatakan, barang-barang yang dipamerkan mencerminkan kekayaan budaya Indonesia. Kekayaan budaya Indonesia yang beragam itu sekaligus menegaskan bahwa Bhinneka Tunggal Ika tetap aktual dalam perubahan zaman. ”Indonesia akan tetap Bhinneka Tunggal Ika,” tegasnya.
Pemerhati masalah kebangsaan, Siswono Yudo Husodo, saat membuka pameran mengatakan, masyarakat Tionghoa yang datang ke Indonesia sejak 1.000 tahun silam berasal dari suku, bahasa, dan budaya yang beragam.
”Karena yang datang beragam dan yang didatangi juga beragam, akulturasi yang terjadi menghasilkan kebudayaan Tionghoa peranakan yang sangat beragam,” ujarnya.
Menurut Siswono, kebudayaan Tionghoa yang datang ke Indonesia telah ikut memperkaya kebudayaan nasional kita. Sebaliknya, kebudayaan lokal ikut memperkaya kebudayaan para pendatang itu.
Pada acara pembukaan juga diluncurkan buku Peranan Tionghoa Indonesia, Sebuah Perjalanan Budaya yang diterbitkan bersama Komunitas Lintas Budaya Indonesia dengan majalah Intisari. Selama pameran juga akan diputar sejumlah film dan seminar. (NAL)
Sumber: Kompas, Jumat, 16 Januari 2009
No comments:
Post a Comment