Jakarta, Kompas - Kebudayaan bisa menjadi jembatan untuk menciptakan perdamaian. Kebudayaan juga bisa menciptakan jalinan kerja sama dan tali persaudaraan antara masyarakat dan warga dunia untuk mencapai perdamaian.
Demikian dikatakan Direktur Perguruan Diponegoro Ir H Imam Parikesit dalam peringatan Hari Perdamaian Dunia dengan tema ”One World One Dream for Peace Through Culture” di halaman Perguruan Diponegoro, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (22/1). Acara juga diisi dengan penampilan beragam kesenian daerah dari berbagai wilayah di Tanah Air.
Keluarga miskin
Penasihat Perguruan Diponegoro Prof Dr H Arief Rachman MPd mengatakan, dari 3.200 anak didik tingkatan SMP, SMA/ SMK yang dibimbing 260 tenaga pendidik, sekitar 76 persen anak didik berasal dari keluarga miskin, ekonomi kelas bawah. Ada anak dari keluarga penggali kubur, buruh serabutan, tukang ojek, satuan pengamanan, dan masyarakat kelas bawah lainnya. Meski demikian, fasilitas pendidikan, termasuk laboratorium, di Perguruan Diponegoro yang didirikan KH Muslich (alm) tahun 1963 cukup lengkap.
Dalam peringatan Hari Perdamaian Dunia, Perguruan Diponegoro tidak hanya menampilkan atraksi kesenian, tetapi juga antara lain melakukan shalat ghaib dan doa bersama untuk rakyat dan anak-anak Palestina korban kekejaman Israel.
Dalam acara Kamis kemarin, sejumlah undangan juga menyerahkan bantuan. Seperti Sandiaga S Uno menyerahkan bantuan seperangkat gamelan. Subiyanto dari PT Persada Capital memberikan bantuan untuk laboratorium bahasa dan melengkapi laboratorium IPA. Adapun UNESCO membantu seperangkat komputer. Juga memberikan perhatian ExxonMobil dan perusahaan lain. (NAL)
Sumber: Kompas, Jumat, 23 Januari 2009
No comments:
Post a Comment