[JAKARTA] Cerita sejarah perjuangan bangsa Indonesia ternyata tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Tionghoa. Harus diakui, etnis Tionghoa memiliki peran besar dalam kemerdekaan Indonesia. Bahkan, pada masa penjajahan dulu, bangsa Indonesia memiliki pahlawan yang berasal dari negara tirai bambu, yakni Tan Pan Ciang dan Oey Ing Kiat.
Pementasan drama musikal garapan Remy Sylado bertajuk "Tan Uy Ji Sian Seng" ("Tuan Terhormat dari Marga Tan dan Uy") di Jakarta, Kamis (22/1). (Abimanyu)
Sosok pahlawan asal Tionghoa tersebut dikenal sebagai pemimpin Perang Kuning. Perang melawan penjajahan Belanda dimaksud berlangsung di Semarang pada 1742. Pada masa itu, masyarakat Tionghoa dan bangsa Indonesia bersatu mengusir Belanda dari Tanah Air.
Kisah dua pahlawan Tionghoa itu menjadi perhatian khusus bagi sastrawan Indonesia Remy Sylado. Pria yang kini genap berusia 60 tahun ini mengaku bangga dengan keberanian dan perjuangan dua pahlawan Tionghoa tersebut. Bukti kebanggaan tersebut dituangkan Remy dalam sebuah pementasan drama musikal berjudul Tan Uy Ji Sian Seng (Tuan Terhormat dari Marga Tan dan Uy), yang berlangsung di Mal Ciputra Jakarta, Kamis (22/1).
Pementasan drama musikal Tan Uy Ji Sian Seng, ini sekaligus menjadi rangkaian spesial Mal Ciputra menyambut datangnya Tahun Baru Imlek 2560. Selain drama musikal, Mal Ciputra juga menghadirkan pohon kebaikan dan harapan untuk pengunjung yang datang ke mal.
Drama musikal Tan Uy Ji Sian Seng mengisahkan tentang dua pahlawan Tionghoa yang berusaha membebaskan Indonesia dari tangan penjajah Belanda. Dua pahlawan Tionghoa, yakni Tan Pan Ciang dan Uy Ing Kiat membentuk bala tentara di Lasem untuk menyerang Belanda. Mereka juga telah mendapat restu dari Sri Susuhunan Pakubuwono II untuk menyerang Belanda di Semarang.
Sayang, niat baik dua pahlawan Tionghoa tersebut justru dikhianati Pakubuwuno II. Dengan dalih ingin menyelamatkan Semarang, Pakubuwono II membocorkan rencana penyerangan bala tentara Tan Pan Ciang dan Uy Ing Kiat. Walhasil, kedua pahlawan Tionghoa ini tewas dalam peperangan.
Kisah dua pahlawan Tionghoa itu, menurut Remy, seharusnya menjadi cermin untuk bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia tidak boleh menganggap masyarakat keturunan Tionghoa sebagai warga kelas dua. Sebab, ternyata masyarakat keturunan Tionghoa memiliki andil dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. [EAS/N-5]
Sumber: Suara Pembaruan, Sabtu, 24 Januari 2009
No comments:
Post a Comment