Wednesday, December 03, 2008

Stigma Negatif Pariwisata Harus Dihilangkan

[WANGI-WANGI] Stigma negatif pariwisata harus dihilangkan untuk menumbuhkembangkan dunia pariwisata di Indonesia. Pariwisata sering dituding menjadi perusak moral, perusak budaya, dan perusak lingkungan. Padahal, dalam kode etiknya disebutkan bahwa kepariwisataan harus menguatkan sistem nilai setempat. Demikian penuturan pengamat pariwisata I Gede Ardike dalam Seminar Tradisi Lisan VI di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Senin (1/12).

Kampung terapung suku Bajau menjadi salah satu objek wisata menarik di Pulau Wakatobi, Sulawesi Tenggara. (sp/unggul wirawan)

"Saya selalu menyebutkan pariwisata dengan no drugs, no prostitute, no gambling. Banyak kalangan pariwisata yang membantah karena dengan hal itu akan lebih mudah menarik wisatawan. Tapi budaya kita mengenal sistem religi yang kuat dan seharusnya itu yang dikembangkan. Nilai- nilai itu dapat dijadikan sebagai kekuatan untuk mengemas pariwisata di Indonesia," ujarnya.

Ardike menyebutkan kekuatan budaya sebagai daya tarik pariwisata adalah karena tidak bisa ditiru. Wisatawan yang mau mengenal budaya suatu daerah harus datang sendiri ke lokasi, tidak bisa hanya sekadar membaca buku atau melihat di internet. Inilah keunggulan kita karena memiliki budaya yang sangat beragam, sebut Ardike.

Untuk menjadikan budaya sebagai kekuatan pariwisata, mau tidak mau masyarakat di sekitar lokasi wisata harus diberdayakan. "Inilah solusi dari kekhawatiran yang ada," ujar Ardike.

Seminar Tradisi Lisan ke VI kali ini diadakan di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, setelah penyelenggaraan sebelumnya selalu diadakan di Jakarta. Selain diisi sejumlah diskusi dan seminar, juga diadakan festival tradisi lisan nusantara, seperti dari Aceh, Sumatera Utara, Riau Kepulauan, dan sebagainya.

Pemilihan Wakatobi sebagai tuan rumah tak lain karena daerah ini dikenal memiliki akar tradisi yang kuat. Masyarakat Wakatobi terkenal dengan tradisi maritimnya. Masyarakatnya pun dapat dibedakan menjadi 11 etnik berdasarkan dialek yang digunakan.

Selain itu, Wakatobi adalah sebuah kabupaten kepulauan yang terdiri dari empat pulau besar. Sejumlah wilayah di kabupaten ini adalah wilayah konservasi laut, yang menyimpan keindahan alam bawah lautnya. Wakatobi terkenal memiliki segitiga gugusan karang. Dalam gugusan itu, tidak kurang 750 spesies karang hidup di dalamnya. Selain itu, terdapat 942 spesies ikan. Jumlah ini disebut-sebut sebagai habitat karang terlengkap di dunia. Tak hanya itu, Atol Kaledupa sepanjang 48 kilometer adalah atol terpanjang di dunia. "Maka wajar saja jika saya usulkan pemerintah mengupayakan Wakatobi sebagai daerah Warisan Dunia. Karena apa yang dimiliki di sini bukan saja milik warga Wakatobi, atau Indonesia saja. Tapi sudah jadi miliki dunia," ujar I Gede Ardike. [K-11]

Sumber: Suara Pembaruan, Rabu, 3 Desember 2008

No comments: