Jakarta, Kompas - Para pemimpin dari berbagai negara terkejut dengan meninggalnya diplomat kawakan Indonesia, Ali Alatas, Kamis (11/12) pagi di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura. Mereka memuji peran menonjol Alatas dalam bidang diplomasi, baik di regional maupun internasional.
Jenazah mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas (76) tiba di rumah duka, Jalan Benda Raya Nomor 19, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (11/12). Presiden dan Ny Ani Yudhoyono serta Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Ny Mufida Jusuf Kalla melayat almarhum di rumah duka. (KOMPAS images/DHONI SETIAWAN / Kompas Images)
Ali Alatas, yang pernah menjabat Menteri Luar Negeri RI pada 1988-1999, meninggal pada usia 76 tahun. Departemen Luar Negeri menyebutkan, Alatas meninggal pada pukul 07.30 waktu Singapura, diduga kuat karena terkena serangan jantung.
Jenazah almarhum tiba di Bandar Udara Soekarno-Hatta sekitar pukul 18.30 disambut oleh Menko Polhukam Widodo AS, Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, dan anggota Dewan Pertimbangan Presiden Rachmawati Soekarnoputri.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terguncang mendengar kabar meninggalnya anggota Dewan Pertimbangan Presiden Ali Alatas. Presiden bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla serta Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi, yang sedang berada di Indonesia, melawat ke rumah duka di Jalan Benda Raya No 19, Cilandak, Jakarta Selatan.
Presiden mendengar kabar meninggalnya Alatas saat menuju Bandara Ngurah Rai untuk kembali ke Jakarta. Presiden terguncang karena pada 7 Desember 2008 saat membesuk Alatas di RS Mount Elizabeth mengetahui almarhum dalam penyembuhan dan akan balik ke Jakarta pada 17 Desember.
Presiden membatalkan rencana kegiatannya di Palembang, Sumatera Selatan, guna menjadi inspektur upacara pada pemakaman secara militer bagi Alatas yang akan dilakukan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jumat ini sekitar pukul 09.00.
Dengan Bintang Adi Mahaprana dan Bintang Republik Indonesia Utama, menurut Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal, Alatas dinilai berhak dimakamkan di TMP Kalibata dengan upacara militer. Presiden melihat Alatas sebagai negarawan dan salah satu putra terbaik bangsa.
Mantan Kepala Badan Pelaksana Gerakan Nonblok dan Duta Besar Keliling Nana Sutresna, yang sejak tahun 1972 sering bekerja sama dengan almarhum, di Bandara Soekarno-Hatta kemarin petang mengatakan, Ali Alatas bukan hanya seorang diplomat ulung, melainkan juga pribadi luar biasa dan patut diteladani. ”Ketika beliau menjadi Sekretaris Menlu Adam Malik, saya sebagai Juru Bicara Menlu,” ujar Nana.
”Kita kehilangan putra terbaik bangsa, diplomat paling mumpuni yang pernah kita miliki,” kata Hassan Wirajuda dalam konferensi pers di Nusa Dua, Bali. Menlu mengaku, almarhum bukan hanya mantan atasannya, melainkan juga dianggap ayah oleh semua bawahannya.
Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono menyatakan, mengenal Ali Alatas sejak 40 tahun lalu ketika sebagai diplomat muda ikut menyaksikan berdirinya ASEAN pada tahun 1967. ”Beliau kenal baik dengan mendiang ayah saya. Peran Pak Ali Alatas paling menonjol saat menjabat Menteri Luar Negeri mulai tahun 1988. Bersama-sama TNI, waktu itu Bapak LB Moerdani, beliau sukses mengombinasikan diplomasi sebagai soft power dengan kekuatan militer sebagai hard power,” ujar Juwono.
Negarawan dihormati
PM Malaysia mengaku terkejut mendengar berita kepergian Alatas. ”Bapak Ali Alatas seorang negarawan yang sangat dihormati di Malaysia. Peranannya sebagai Menlu saat itu banyak membantu hubungan baik bilateral Indonesia-Malaysia,” ujar Badawi.
PM Australia Kevin Rudd menyebut nama Alatas sebagai seorang komisioner di Komisi Internasional untuk Perlucutan Senjata dan Antipenyebarluasan Nuklir, yang baru dibentuk. ”Alatas memberikan kontribusi baik visi maupun kerja kerasnya untuk memperkuat jaringan politik, ekonomi, dan pribadi di antara kedua negara,” kata Rudd yang sedang berada di Bali mengikuti Bali Democracy Forum, Kamis.
Adapun Singapura dalam pernyataan tertulisnya juga menyatakan, Alatas adalah seorang negarawan yang sangat dihormati, yang sangat meyakini pentingnya kerja sama regional. Ia berperan sangat penting dalam penulisan naskah ASEAN Charter.
PM Jepang Taro Aso pun menyampaikan belasungkawa kepada Presiden Yudhoyono. Menteri Luar Negeri Hirofumi Nakasone mengirimkan pesan serupa kepada Hassan Wirajuda.
Ungkapan belasungkawa dan pujian juga disampaikan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Martin Hatfull, Duta Besar Iran untuk Indonesia Behrooz Kamalvandi, Duta Besar Polandia untuk Indonesia Thomaz Lukaszuk, Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Eivind Homme, dan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz Al-Mehdawi.(DWA/INU/OS/Antara/ AP/AFP/Reuters/OKI)
Sumber: Kompas, Jumat, 12 Desember 2008
No comments:
Post a Comment