Palembang, Kompas - Pameran arkeologi bertema ”Archaeology Goes to Mall” di Palembang Indah Mall yang berlangsung Kamis-Senin (4-8/12) menarik perhatian ratusan pengunjung. Meski mal tak lazim digunakan sebagai tempat pameran arkeologi, di sana pengunjung dapat memperoleh pengetahuan sekaligus hiburan.
Pameran Archaelogy Goes to Mall di Palembang Indah Mall, Jumat (5/12) mengamati sejumlah koleksi dan panel mengenai temuan arkeologi di Sumatera dan Jawa. Pameran tersebut bertujuan memopulerkan arkeologi. (KOMPAS/WISNU AJI DEWABRATA / Kompas Images)
Kepala Bidang data dan Publikasi Puslitbang Arkeologi Nasional Sonny Wibisono, Jumat (5/12), mengungkapkan, pameran arkeologi di mal untuk menghilangkan citra arkeologi yang selalu melekat dengan museum.
”Sasaran kami adalah masyarakat yang memiliki uang tetapi tidak memiliki waktu luang. Sulit menyuruh orang pergi ke museum. Jadi lebih baik kami yang mendatangi masyarakat,” kata Sonny.
Menurut Sonny, sasaran utama pameran arkeologi adalah pelajar dan para guru. Pihaknya tidak menargetkan jumlah pengunjung.
”Selama dua hari pameran sudah didatangi sekitar 500 pengunjung. Pengunjung mal mau naik ke lantai atas untuk melihat pameran ini sudah bagus,” kata Sonny.
Ia menjelaskan, pameran arkeologi tersebut menampilkan tiga tema, yaitu pertama tentang Sriwijaya, kedua tentang kerajaan-kerajaan nasional dan peninggalannya seperti relief Karmawibangga di Candi Borobudur, dan yang ketiga pesan-pesan agar generasi muda mau belajar dari masa lalu.
Sonny menambahkan, pameran arkeologi dalam skala besar di mal baru dilakukan dua kali, yaitu di Jakarta dan Palembang.
Pengunjung antusias
Sejumlah pengunjung pameran menyambut kegiatan tersebut dengan antusias, tetapi mereka mengharapkan lebih banyak informasi tentang benda-benda dan isi panel-panel pameran.
Yosi (19), salah satu pengunjung pameran, mengatakan, pameran akan lebih menarik jika tersedia pemandu yang bisa memberikan penjelasan kepada pengunjung.
”Acara seperti ini bagus. Kalau bisa, lebih sering diadakan. Lokasinya juga cocok karena anak muda suka pergi ke mal. Jujur saja keberadaan museum tidak menarik buat anak muda,” ujar yosi.
Deni (22), pengunjung lainnya, berpendapat, pameran seperti ini diminati karena tidak perlu pergi ke museum untuk memperoleh pengetahuan arkeologi.
”Di sini kita bisa belajar sejarah di luar Sumatera sekaligus bisa cuci mata. Sayangnya, informasi tentang isi pameran ini masih kurang,” kata Deni. (WAD)
Sumber: Kompas, Sabtu, 6 Desember 2008
No comments:
Post a Comment