Thursday, December 04, 2008

Tradisi Lisan, Deposit Ekonomi Kreatif

JAKARTA (Lampost): Kekayaan sumber daya alam bisa habis dieksploitasi, tetapi kekayaan yang berupa kebudayaan tidak akan habis bila terus digali sekalipun. Makin dalam penggalian itu, makin kaya khazanah kebudayaan nasional, termasuk tradisi lisan. Tradisi ini bisa menjadi deposit industri kreatif.

Pembina Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Mukhlis Paeni mengatakan hal itu dalam Seminar Internasional Tradisi Lisan Nusantara di Gedung Wanita, Pemerintah Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, kemarin (3-12).

Menurut Mukhlis, menghadapi era globalisasi tantangannya adalah bagaimana kekayaan kultural bangsa tidak tergerus, bahkan bisa terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Terlebih ketika menghadapi gelombang keempat dari peradaban umat manusia posisi Indonesia sangat penting.

"Komoditas utama gelombang keempat peradaban umat manusia itu bukan lagi hasil pertanian, manufaktur dan industri berat, produk iptek, dan globalisasi ekonomi karena semua produk-produk tersebut kian bertambah murah dan sudah menjadi bagian dalam peradaban yang universal," ungkapnya. Dia menambahkan komoditas utama pada era gelombang keempat adalah budaya, termasuk tradisi lisan.

Pada era gelombang keempat ini, kata Mukhlis, peradaban umat manusia memasuki ekonomi kreatif. Dalam tatanan itu Indonesia sangat melimpah dengan deposit budaya. "Warisan budaya ini harus dijaga dan dilindungi demi harkat dan harga diri bangsa, tetapi dari segi profan ia dapat diolah hingga dapat memberi nilai tambah yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tutur Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia ini.

Pemerintah Indonesia tidak tinggal diam menghadapi arus deras gelombang ekonomi keempat. Pemerintah, kata Mukhlis, menetapkan cetak biru ekonomi kreatif Indonesia, yakni konsep ekonomi baru yang berorientasi pada kreativitas, budaya, serta warisan budaya dan lingkungan.

Cetak biru tersebut memberi acuan bagi tercapainya visi dan misi industri kreatif Indonesia sampai 2030. "Landasan utama industri kreatif adalah sumber daya manusia yang ditopang cendekiawan, pengusaha, dan pemerintah. Merekalah penggerak industri kreatif."

Dalam cetak biru ekonomi kreatif Indonesia tersebut dicatat 14 cakupan bidang ekonomi kreatif, antara lain jasa periklanan, arsitektur, seni rupa, kerajinan, desain, mode, film, musik, seni pertunjukan, penerbitan, riset dan pengembangan, software, televisi dan radio, serta video game. n MI/U-2

Sumber: Lampung Post, Kamis, 4 Desember 2008

No comments: