Dharmasraya, Kompas - Tim ekspedisi Daerah Aliran Sungai Batanghari dimulai Senin ini. Perjalanan lewat jalur air dari Dharmasraya, Sumatera Barat, ke hilir Sungai Batanghari di Muaro Jambi, Jambi, bertujuan meniti jejak peradaban dan kejayaan Nusantara masa lalu.
Penanggung jawab ekspedisi dari Direktorat Jenderal Sejarah dan Kepurbakalaan, Yunus Arbi, Minggu (14/12), mengatakan, perairan telah dimanfaatkan sebagai alat mempersatukan Nusantara. Pada abad 14, penguasa Kerajaan Singosari, Kertanegara, mengirim tentara untuk menelusuri Sungai Batanghari dari hilir ke hulu sampai Dharmasraya. Perjalanan itu sebagai upaya mempererat hubungan dengan Kerajaan Melayu. Perjalanan itu juga untuk menggalang dukungan kerajaan-kerajaan di pedalaman untuk menahan serangan bangsa Mongol. ”Sungai Batanghari menjadi salah satu jalur utama untuk menyatukan Nusantara,” kata Yunus.
Pada masa itu masyarakat memanfaatkan tepian sungai sebagai hunian. Penghormatan terhadap sungai terlihat dari muka rumah warga menghadap sungai. Seiring pembangunan jalur transportasi darat, kini banyak rumah dibangun membelakangi sungai.
Ekspedisi yang diikuti oleh arkeolog, akademisi, sejarawan, dan mahasiswa ini, akan menelusuri tempat-tempat peninggalan Kerajaan Melayu, seperti situs Padang Roco, Pulau Sawah, dan Rambahan di Kabupaten Dharmasraya, situs Teluk Sumay di Kabupaten Tebo, dan situs Muaro Jambi, Kabupaten Muaro Jambi.
Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti mengatakan, terdapat kesamaan struktur dan bahan yang digunakan pada situs-situs peninggalan Melayu Kuno ini. ”Semuanya dibangun menggunakan batu bata,” ujarnya.
Ekspedisi ini tidak sekadar menilik peninggalan sejarah, tetapi sekaligus mengeksplorasi perubahan yang terjadi di sepanjang DAS Batanghari. Misalnya, mengenai perubahan sedimentasi sungai, longsor, faktor perubahan sosial, budaya, dan struktur permukiman, hingga fenomena banyaknya penambang emas di sepanjang DAS. (ITA)
Sumber: Kompas, Senin, 15 Desember 2008
No comments:
Post a Comment