* Tak Perlu Malu Kaitkan Budaya dengan Ekonomi
Bogor, Kompas - Di tengah era globalisasi saat ini, sudah saatnya budayawan, seniman, dan masyarakat memahami Hak atas Kekayaan Intelektual atau HaKI. Selain untuk melestarikan kekayaan budaya bangsa, pemahaman terhadap HaKI juga akan membantu dalam mengembangkan seni budaya tersebut.
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie mengatakan hal tersebut pada pembukaan Kongres Kebudayaan Indonesia 2008 yang berlangsung di Bogor, Rabu (10/12). Kongres yang berlangsung hingga Jumat besok itu diikuti 500 budayawan, sastrawan, akademisi, pemangku adat, dan kalangan lainnya dari seluruh penjuru Tanah Air.
Sebanyak 120 makalah akan disajikan dalam kongres tersebut. Peserta akan membahas bidang sastra, bahasa dan aksara, film/seni, media massa, seni pertunjukan, industri budaya, dan HaKI. Akan dibahas pula warisan budaya, kebijakan dan strategi kebijakan, pendidikan, filantropi kebudayaan, etika, serta persoalan lainnya.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan, kebudayaan tidak cuma harus dilestarikan, tetapi juga menjadi tameng jati diri bangsa. Di sisi lain, kebudayaan harus memberi nilai tambah bagi ekonomi masyarakat.
Budayawan Putu Wijaya dalam jumpa pers seusai upacara pembukaan mengatakan, kebudayaan berkaitan erat dengan HaKI, hukum, teknologi, dan ekonomi. Kebudayaan juga akan berkembang jika memberi nilai tambah secara ekonomi kepada masyarakat. Karena itu, tidak perlu malu mengaitkan budaya dengan ekonomi. Hal tersebut bukan berarti kita harus selalu bersikap materialistis. (THY)
Sumber: Kompas, Kamis, 11 Desember 2008
No comments:
Post a Comment