Monday, December 08, 2008

Inspirasi: Emily Dickinson

LAHIR di Amherst, Massachusetts, Amerika Serikat, 10 Desember 1830, Emily Dickinson tercatat sebagai penyair besar yang lahir di benua Amerika abad ke-19. Sajak-sajaknya berbau metafisik Inggris abad ke-17, dipengaruhi pendidikan puritan dan kehidupannya yang banyak dihabiskan di rumah. Dickinson mengagumi sajak-sajak Elizabet Barrett Browning dan John Keats, dua penyair Inggris.

Sajak Dickinson diwarnai metafora, imaji, dan inovasi diksi kreatif. Puisinya kental dengan sensibilitas jiwa, desire personal yang intens, dan getar-getar rasa yang wajar--ini juga yang membuat penyair Lampung, Iswadi Pratama, mengakui keterpengaruhannya pada Dickinson.

Sajak-sajaknya riang dan meriah, tetapi sering juga gelap. Keriangan, harapan, dan kegelapan juga kadang menyatu, simak misalnya sajak Life II: bagian kita dari malam adalah menahan,/bagian kita dari pagi,/kekosongan kita dalam bahagia adalah mengisi,/kekosongan kita dalam hinaan.// bintang di sini, dan bintang di sana,/kadang hilang arah,/embun di sini, dan embun di sana,/esok hari!//

Simak juga penggalan sajak ini--yang menyiratkan keakraban Dickinson pada diri sendiri dan hidup yang memang tak lepas dari harapan: "Aku tak tahu kapan fajar itu datang, maka kubuka setiap pintu".

Dickinson menghabiskan hidup untuk sastra. Ia menjalin persahabatan yang akrab, mengisi hari dengan berkebun, menikmati bunga, membaca, dan menulis sajak. Maka itu, tak mengherankan jika ia menciptakan lebih 1.800 sajak selama hidupnya--Dickinson meninggal di Cambridge, 15 Mei 1886.

Setelah meninggal, jilidan rapi puisi-puisinya ditemukan di laci meja kerjanya. Hanya 24 yang diberi judul. Selama hidupnya, hanya sepuluh sajak yang dipublikasikan, itu pun tanpa sepengetahuan Dickinson. Antologi puisi pertamanya terbit tahun 1890. DARI BERBAGAI SUMBER/P-1

Sumber: Lampung Post, Minggu, 7 Desember 2008

No comments: