Tuesday, December 16, 2008

Ekologi: Jejak Pengembaraan Wallace

-- Nawa Tunggal

TERAS di muka rumah Paunga Tjandra (59) tersita untuk peletakan batu pertama pembangunan monumen peringatan Alfred Russel Wallace (1823-1913) di Ternate, Provinsi Maluku Utara, Rabu (3/12) lalu. Paunga tidak pernah tahu siapa tokoh Wallace yang diduga 150 tahun silam pernah tinggal di rumahnya. Rumah itu ia beli dari Laila Djafar (74) pada 1984.

Observatorium LIPI di Ternate, Provinsi Maluku Utara, Rabu (3/12), dilengkapi koleksi binatang laut dan akan dikembangkan menjadi Observatorium Wallacea yang akan mencakup berbagai koleksi flora dan fauna kawasan Wallacea. Selain itu, Kepala LIPI Umar Anggara Jenie dan Wali Kota Ternate Syamsul Andili meletakkan batu pertama pada proses pembangunan monumen Alfred Russel Wallace di Ternate, Provinsi Maluku Utara. (KOMPAS/NAWA TUNGGAL / Kompas Images)

Baru seminggu lalu saya diberi tahu rencana peletakan batu pertama ini,” kata Paunga.

Jajaran Pemerintah Kota Ternate antusias mendukung program Yayasan Wallacea dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk mengangkat kembali nama Wallace di Ternate. Salah satunya dengan mengabadikan nama Wallace dengan monumen di salah satu rumah yang diduga pernah disinggahinya.

Salah satu telaah yang menguatkan dugaan rumah Paunga pernah disinggahi Wallace karena dalam buku The Malay Archipelago karya Wallace tahun 1869 disebutkan ciri-ciri yang hampir berkesesuaian. Rumah Paunga memiliki sumur tua di sisi belakang.

Wallace juga menyatakan hanya lima menit saja dari rumah itu untuk pergi ke Pasar Gamalama di tengah Kota Ternate. Kemudian dengan menghadap timur laut dapat memandang kota Ternate yang dilengkapi pemandangan pelabuhan yang cukup ramai waktu itu.

Paunga kebetulan menjadi pemilik rumah seperti itu dengan luas tanah 12 x 38 meter persegi. Sumur tua di belakang rumah juga masih tersisa walau sudah berubah. Namun, bagi Paunga, yang sehari-hari berdagang kebutuhan pokok, adakah manfaat monumen bagi dirinya?

Peletakan batu pertama monumen Wallace oleh Wali Kota Ternate Syamsul Andili dan Kepala LIPI Umar Anggara Jenie, disaksikan warga sekitar, termasuk Laila Djafar. Laila mengaku juga tidak tahu-menahu siapa Wallace. Bahkan, warga lainnya, Koordinator Ternate Herritage Society Maulana Ibrahim, menyatakan, ”Belum tentu rumah itu yang pernah disinggahi Wallace. Kegiatan peletakan batu pertama ini tampak tergesa-gesa,” kata Maulana.

Sosok Wallace

Wallace dikenal sebagai naturalis dari Inggris. Awal penjelajahannya tercatat pada tahun 1846 saat ia berusia 23 tahun yang menjejakkan kaki di Amazon.

Wallace ketika itu mengoleksi aneka serangga dari ekspedisi Amazon. Kemudian koleksinya dia bawa pulang ke Eropa yang gandrung terhadap temuan baru dari belahan dunia lain. Koleksi serangga itu laku dijual dan modal itu menjadi titik awal penjelajahan Wallace di Nusantara.

Pada perjalanan antara tahun 1848 hingga tahun 1854, Wallace tiba di Singapura. Selama delapan tahun kemudian (1854-1862) Wallace menjelajah berbagai wilayah di Nusantara.

Dari penjelajahan itu, Wallace membukukannya ke dalam The Malay Archipelago. Sangat menakjubkan, dari perjalanannya di sejumlah pulau Nusantara dan sebagian di Sarawak, Malaysia, Wallace mengoleksi 125.660 spesimen fauna meliputi 8.050 spesimen burung, 7.500 spesimen kerangka dan tulang aneka satwa, 310 spesimen mamalia, serta 100 spesimen reptil. Selebihnya, mencapai 109.700 spesimen serangga, termasuk kupu-kupu yang paling disukai Wallace.

Kebiasaan Wallace mencatat perjalanan dan menyelamatkan catatan-catatan itu dengan cara mengirimkan ke Inggris melalui pos kapal-kapal dagang Eropa, termasuk ketika singgah di Ternate antara 8 Januari 1858 dan 25 Maret 1858, ketika Wallace terserang malaria memaksakan diri menulis surat dan mengirimkan kepada ilmuwan pujaannya, Charles Darwin di Inggris.

”Letter from Ternate”

Surat Wallace dari Ternate kepada Darwin itu kemudian dikenal sebagai Letter from Ternate. Surat itu menjadi terkenal karena disertai makalah yang diberi judul On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitelty from the Original Type.

Dari makalah itu, Wallace mengemukakan pemikirannya mengenai proses seleksi alam mempertahankan suatu spesies di dunia. Spesies yang mampu bertahan disebut Wallace sebagai hasil survival of the fittest atau yang paling memiliki kemampuan bertahan tidak akan punah.

Itulah kerangka dasar pemahaman seleksi alam yang diletakkan Wallace saat itu. Akhirnya pemikiran itu menunjang teori evolusi yang dipopulerkan Darwin melalui bukunya The Origin of Species tahun 1859, satu tahun setelah penulisan makalah Wallace.

Di antara Darwin dan Wallace, kenyataan menunjukkan, nama Darwin lebih tenar sebagai pencetus teori evolusi. Nama Wallace kian dilupakan.

Upaya mengembalikan peran dan posisi Wallace itulah yang ditempuh Yayasan Wallacea dan LIPI sekarang, saat terhitung pada tahun 2008 ini menjadi peringatan 150 tahun ditulis Lettter from Ternate oleh Wallace.

Yayasan Wallacea dan LIPI merealisasikan dengan beberapa kegiatan di Ternate pada 2-3 Desember 2008 meliputi prasimposium membahas Letter from Ternate, peletakan batu pertama monumen Wallace, penggantian nama Jalan Nuri yang melintas di depan rumah Paunga menjadi Jalan Alfred Russel Wallace.

Kemudian Kepala LIPI Umar Anggara Jenie meletakkan batu pertama pembangunan Observatorium Wallacea milik LIPI.

Ketua Dewan Pekerja Yayasan Wallacea, juga Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Sangkot Marzuki, mengatakan, surat Wallace dari Ternate mengguncangkan Darwin dan kawan-kawannya. Ini disebabkan Darwin dan timnya sudah terlibat dalam proses pemikiran ilmiah mengenai seleksi alam, tetapi belum mampu memberi kesimpulan sejelas Wallace tentang survival of the fittest.

”Pada 1 Juli 1858, kawan-kawan Darwin, Charles Lyell dan Joseph Hooker, merekayasa pertemuan ilmiah di Linnean Society dan mendeklarasikan Darwin dan Wallace sebagai penemu dasar evolusi. Tetapi, dalam perjalanan sejarah nama Wallace kian dilupakan,” kata Sangkot.

Dengan kian dilupakan nama Wallace, makin dilupakan pula peran bumi Nusantara yang memberi sumbangan pencetusan teori evolusi itu....

Sumber: Kompas, Selasa, 16 Desember 2008

No comments: