Sunday, December 14, 2008

Pustaka: Maryamah Karpov yang Ditunggu-tunggu Itu

GAYA mengejek diri sendiri ini kelebihan Andrea yang sulit ditemukan di novel karya lain.

Para penggemar Laskar Pelangi kini bernapas lega. Novel tetralogi Laskar Pelangi terakhir, Maryamah Karpov, telah diluncurkan akhir November lalu (28/11) di Jakarta. Toko buku MP Book Point sebagai lokasi peluncuran dipadati pengunjung: Anak-anak, remaja, hingga orang tua. Mereka tidak hanya menyaksikan langsung kehadiran penulisnya, Andrea Hirata, tetapi juga membeli buku, dan ingin mendapat bubuhan tanda tangan penulisnya.

Selama acara berlangsung, Andrea yang tampil sederhana tampak sumringah. Para personel film Laskar Pelangi, 'Bu Muslimah' Cut Mini, dan ayah Ikal (Mathias Muchus) ikut mendampingi. Tak ketinggalan, Giring Nidji pembawa lagi 'Laskar Pelangi' menyumbangkan lagu andalannya. Penggemar antusias ikut menyanyi. Alunan lagu 'Seroja' pun didendangkan untuk mengingat kisah Mahar saat menghibur Ikal yang ditinggal A Ling.

Maryamah Karpov adalah jawaban dari rasa penasaran penggemar, tentang kelanjutan pencarian Ikal terhadap A Ling. Novel terakhir ini disebut juga sebagai 'Mimpi-Mimpi Lintang'. Ternyata sahabat SD Ikal ini dimunculkan kembali. Apakah mimpi Lintang? Bagaimana nasib Arai saudara jauh, sekaligus sahabat Ikal terjawab pula di Maryamah Karpov. Buku terakhir ini sekaligus sebagai penutup akhir cerita dari A Ling, Arai, Lintang, dan tokoh Laskar Pelangi lainnya.

Maryamah Karpov ini memunculkan kembali tokoh utama dan figuran di Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Kisah klenik Tuk Bayan Tula dikemas kembali dengan gaya parodi, lelucon yang menggambarkan betapa klenik hanyalah kebodohan. Bang Zaitun, budayawan kampung yang memiliki istri banyak, kini hancur berantakan. Dia menjadi sopir angkutan, karena kalah bersaing dengan pasukan organ tunggal.

Maryamah mengingatkan kembali kepada Mak Cik Maryamah. Di Sang Pemimpi, Maryamah adalah perempuan setengah baya yang memohon kepada ibu Ikal untuk barter beras dengan biola. Biola itu warisan paling berharga yang dimilikinya. Namun Nurmi, anak sulung Mak Cik Maryamah, memegang erat biola itu. Dia tidak rela soulmate-nya pindah tangan. Kini Nurmi sudah dewasa sangat berbakat main biola seperti terpampang di sampul Maryamah Karpov. Yang menjadi pertanyaan, mengapa Maryamah sedikit sekali dihadirkan di Maryamah Karpov. Tak lebih satu alinea pendek, namun menjadi sebuah judul novel terakhir.

Maryamah Karpov kalah seru dibandingkan dengan tiga buku sebelumnya. Ceritanya mengalir, dibumbui rangkaian kata puitis, dan bahasa sains yang hanya dimengerti ahlinya. Permainan emosi pun sangat kental di buku ini. Pembaca dibiarkan tertawa kocak, tersenyum, tegang, mengernyitkan dahi, bahkan sedih terharu.

Di awal mozaik disuguhkan perasaan haru-biru. Ayah Ikal sumringah berbaris di antara pegawai yang akan naik pangkat. Kegelisahan muncul, ketika namanya tak dipanggil-panggil hingga tinggal seorang diri. Rupanya terjadi kesalahan administrasi dari si mandor. Harapan itu kandas, bahkan Ayah Ikal yang buta huruf divonis sampai kapan pun tak akan pernah naik pangkat. Selamanya menjadi buruh rendahan.

Malam harinya Mandor itu datang di rumah untuk meminta maaf. Ayah Ikal dengan takzim bahkan mengucapkan terima kasih telah diberi surat yang begitu bagus berlambang maskapai nan terhormat. Meskipun surat itu ternyata salah alamat. Dari balik tirai, Ikal kecil menangis.

Andrea pun membawa pembaca merasakan ketegangan saat Ikal menghadapi detik-detik ujian tesis S2. Dosen penguji dikenal killer yang tak pernah meluluskan mahasiswa. Ikal pun mengalami himpitan serupa. keajaiban datang menyelamatkan Ikal. Karena Ikal bisa meyakinkan si dosen? Ternyata bukan, tapi lebih karena keberuntungan mendapat dosen pembimbing seorang profesor yang akan memasuki masa pensiun. Senioritas di kalangan dosen yang membuat Ikal bisa melenggang keluar gedung dengan lega. Plong deh.

Selanjutnya, Ikal kembali ke Tanah Air setelah lulus dari universitas di Sorbonne, Prancis. Gaya kocak penulisan Andrea muncul saat menceritakan keruwetan berada di kapal Lawit dari Jakarta menuju Pulau Belitung. Penumpang bagaikan ikan asin, gadis-gadis menumpahkan isi perut mereka karena mabuk laut. Menjelang sampai di Pulau Belitung, Ikal ingin membuat kejutan kepada ayahnya. Ia mengganti pakaian dengan seragam door man. Pakaian itu diperolehnya saat bekerja sebagai pembuka pintu restoran di Goncourt, Paris. Seragam itu berupa jas panjang selutut dengan rompi berlidah, semuanya dalam warna biru laut yang berpendar-pendar. Ikal merasa penampilannya demikian hebat.

Ketika Ikal kembali ke sudut apek di bawah cerobong asap kapal yang panas dan kusam, gadis-gadis yang dari semalam terkulai sambil memejamkan mata menahan mabuk tiba-tiba bangkit terbelalak melihatnya, dan terlihat hendak muntah-muntah lagi. Gaya mengejek diri sendiri ini kelebihan Andrea yang sulit ditemukan di novel karya lain.

Namun, ditemukan mozaik yang dirasakan berlebihan. Perjalanan mudik dari pelabuhan kapal, bertemu Bang Zaitun, hingga menuju kediaman Ikal dirangkai terlalu bertele-tele. Letih juga membacanya, walaupun diselingi kekocakan Bang Zaitun saat menyetel lagu-lagu sesuai perasaan penumpang angkutannya. Mozaik lainnya, saat Ikal menjadi pasien penglaris dokter gigi, lengkap dengan istilah medis yang cukup melelahkan membacanya.

Di Maryamah Karpov, ada hal yang agak jangkal. Tiba-tiba Ikal menjadi sosok heroik demi menemukan tambatan hatinya, A Ling. Ikal mengarungi Selat Malaka berbahaya penuh perompak. Ikal membuat perahu jauh lebih besar dan hebat. Perahu asteroid rancangan si jenius Lintang diberi nama Mimpi-Mimpi Lintang. Cara mengangkat kapal bajak laut yang sudah ratusan tahun karam di dasar Sungai Linggang. Mungkinkah? Seperti di tiga buku sebelumnya Andrea meyakinkan dengan teori-teori rumit. Inilah kelebihan Ikal yang sangat fasih mendalami berbagai ilmu pengetahuan.

Bagaimana kisah cinta Ikal dengan A Ling? Setelah mencari ke setiap sudut dunia, akhirnya Ikal bertemu A Ling di sebuah pulau mendekati Singapura. Happy ending-kah? Andrea tampaknya sengaja mengambangkan kisah cinta dua sejoli beda budaya ini. Ayah Ikal hanya terdiam ketika Ikal mengungkapkan ingin melamar A Ling. Dari diam itu Ikal sangat memahami, kalau ayahnya tidak memberi restu.

Menurut Andrea, pengalaman menulis Maryamah Karpov dibandingkan ketiga buku lainnya. Menurutnya, proses menulis buku terakhir ini berbeda dengan dua novel sebelumnya, Sang Pemimpidan Endensor. Baginya Maryamah Karpov bagaikan menulis kembali Laskar Pelangi yang saat itu belum paham mengenai sastra dan novel.

''Saya menulis Sang Pemimpi dan Endensor tidak se-happy ketika menulis Laskar Pelangi. Karena saya belajar lagi tentang apa itu sastra dan novel. Saya ingin kembali seperti dulu, dari yang tidak paham sastra dan novel seperti saat menulis Laskar Pelangi. Saat menulis Maryamah Karpov, saya dalam tertawa, dalam menangis, dalam menangis sambil tertawa, seperti dulu menulis Laskar Pelangi,'' ungkap Andrea. (susie evidia)

Sumber: Republika, Minggu, 14 Desember 2008

No comments: