Thursday, December 18, 2008

"Teknopreneur" Iskandar Alisjahbana Berpulang

Bandung, Kompas - Rektor Institut Teknologi Bandung Periode 1977-1978 Prof Iskandar Alisjahbana meninggal dunia hari Selasa (16/12) pukul 23.08. Iskandar adalah pencetus teknopreneurship di ITB dan pengembang Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa.

Ketua Majelis Wali Amanah ITB Periode 2001-2004 ini meninggal di Rumah Sakit Boromeus, Bandung, dengan kondisi pendarahan di bagian perutnya. Almarhum sempat dibawa ke RS Hasan Sadikin, Bandung, Selasa pagi.

Anna Alisjahbana, istri almarhum, mengaku terkejut dengan kepergian suaminya. ”Cepat sekali, hanya dalam kurun 21 jam dirawat,” ucapnya.

Iskandar meninggalkan tiga anak, yakni Andi Alisjahbana, Rian Alisjahbana, dan Bachti Alisjahbana, serta enam cucu, pada usia 77 tahun. Ia dimakamkan di dekat makam ayahnya, Sutan Takdir Alisjahbana, di Desa Tugu, Bogor, Rabu (17/12).

Andi, putra sulung Iskandar, mengenang almarhum sebagai sosok yang sangat menggemari inovasi teknologi. Almarhum sangat percaya, inovasi teknologi mampu berkontribusi pada peningkatan ekonomi dan daya saing bangsa.

Semasa hayatnya, Iskandar sangat giat meneliti bidang teknologi komunikasi. Percobaan-percobaan dalam skala kecil pun dilakukan di rumahnya di Jalan Ranca Bentang 12A. Lulusan program doktor Departemen Teknik Elektro TH Damstadt ini penggagas teleblackboard, teknologi rekaman tulisan tangan di atas papan elektronik yang bisa dikirim ke lokasi yang jauh lewat gelombang radio atau televisi. Puncak karyanya adalah Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa yang diluncurkan 1976.

Prof Sudjana Sapiie, sahabat seangkatan Iskandar, mengenang almarhum sebagai sosok visioner. ”Yang selalu diinginkannya adalah entrepreneurship dan teknologi modern,” ucapnya.

Pada 1978, saat baru setahun menjabat Rektor ITB, Iskandar diberhentikan dari jabatannya oleh pemerintah karena dianggap membiarkan gelombang protes dan demonstrasi mahasiswa menentang Orde Baru di ITB. ”Atap rumahnya pun ditembaki pihak tidak dikenal. Ini semua dilakukannya karena ia berpandangan mahasiswa pun perlu diperlakukan secara adil,” ujar Sudjana yang menggantikannya sebagai rektor.

Dalam wawancara dengan Kompas, di sela-sela orasi ilmiah Arifin Panigoro, akhir Oktober lalu, Iskandar berpesan, daya saing dan harga diri bangsa bisa ditingkatkan lewat teknologi. Tentunya, yang bisa berimplikasi pada ekonomi. ”Jika ingin memperbaiki diri, kita, pribumi (orang Indonesia), jangan gunakan tempeleng (otot), tetapi pakailah intelektualitas,” tuturnya. (JON)


Sumber: Kompas, Kamis, 18 Desember 2008

No comments: