Saturday, December 20, 2008

[Peluncuran Buku] Presiden: Keinginan untuk Maju Bukan Hanya Konsep

Jakarta, Kompas - Keinginan bangsa Indonesia untuk maju hingga sejajar dengan bangsa lain pada abad ke-21 ini bukan hanya konsep, kebijakan di atas kertas, rencana besar, atau sekadar rencana aksi pemerintah, tetapi juga sebuah pikiran bangsa Indonesia untuk melangkah sebagai bangsa yang maju.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meluncurkan buku karyanya berjudul Indonesia Unggul, sekaligus meresmikan toko buku Gramedia, di Grand Indonesia, Jakarta, Jumat (19/12). Selanjutnya, didampingi Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Agung Adiprasetyo (ketiga dari kiri), Presiden bersama Ny Ani Susilo Bambang Yudhoyono mencoba layanan informasi di gerai Teras Kompas yang ada di dalam toko tersebut. Ikut hadir Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo (ketiga dari kanan) dan Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama (kanan). (KOMPAS/ALIF ICHWAN / Kompas Images)

Sekarang ini jalan untuk mencapai kemajuan itu terbuka lebar asalkan bangsa Indonesia menyatukan pikiran, tekad, dan kejayaan. Ditambah keyakinan, kemajuan itu pasti akan terwujud.

Demikian disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat memberikan sambutan pada acara peluncuran bukunya yang kedua, Indonesia Unggul, yang diterbitkan Kelompok Kompas Gramedia di Jakarta, Jumat (19/12).

Acara yang disertai dengan peresmian Toko Buku Gramedia ke-88 yang tergolong modern di Grand Indonesia itu, Presiden ditemani Ny Ani Yudhoyono serta sejumlah menteri. Acara itu juga dihadiri sejumlah tokoh, kalangan pengusaha, serta Presiden Komisaris dan pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama.

Menurut Presiden, Indonesia menjadi negara maju itu bukan sebuah konsep. ”Bukan grand strategy dan policy atau action plan. Di atas segalanya, mewujudkan negara maju itu adalah state of mind, pikiran kita, tekad kita, dan kejayaan kita,” ujarnya.

Presiden Yudhoyono mengakui, seberat apa pun masalah yang akan dihadapi bangsa Indonesia selalu ada jalan keluar dan dapat dipecahkan bersama sehingga apa yang dicita-citakan, hal itu akan diwujudkan. Presiden kemudian memberi contoh dengan beberapa ramalan sejumlah pihak yang terjadi sejak pada era Presiden Soekarno hingga sekarang ini.

”Dulu, beberapa kali, Indonesia diramalkan akan jatuh atau ambruk. Presiden Soekarno pernah mengatakan pada tahun 1950 karena ada ramalan, Indonesia akan bubar karena beratnya tantangan yang dihadapi waktu itu. Toh, Indonesia ternyata tidak bubar,” kata Presiden.

Presiden mengungkapkan, pada awal krisis, Indonesia juga pernah diramalkan akan bubar. ”Akan terjadi balkanisasi dan ramalan malam yang mencemaskan. Akan tetapi, nyatanya Indonesia tetap tegar, semakin kuat dan penuh optimistis untuk melangkah ke depan. Mari kita patrikan semangat ini sebagai state of mind dan semangat can do spirit,” ujarnya.

Namun, Presiden Yudhoyono mengingatkan, syarat fundamental yang harus dipenuhi bangsa Indonesia untuk mencapai bangsa yang maju adalah kemandirian, daya saing atau keunggulan, dan peradaban bangsa yang terhormat serta tinggi dan mulia.

Sementara itu, menurut Jakob Oetama, yang mengutip sejumlah penulis, peranan buku penting dan luar biasa. Tak terkecuali buku yang dirangkum dari kumpulan pemikiran dan tulisan pilihan dari Presiden Yudhoyono.

Di Teras Kompas, salah satu pojok di TB Gramedia itu, Presiden juga menyaksikan live streaming (siaran langsung melalui internet) yang diselenggarakan oleh Kompas.com sehingga acara itu dapat ditonton di seluruh dunia. Presiden juga menyaksikan harian Kompas dalam bentuk digital (e-paper). (HAR)

Sumber: Kompas, Sabtu, 20 Desember 2008

No comments: