Thursday, December 11, 2008

Kongres Kebudayaan Indonesia: Bangsa Besar Harus Miliki Budaya Kuat

BOGOR (Lampost): Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Aburizal Bakrie menegaskan bangsa Indonesia harus memiliki budaya yang kuat dan mandiri jika ingin menjadi bangsa yang besar.

KONGRES KEBUDAYAAN. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik (kedua) bersama Menko Kesra Aburizal Bakrie (kanan) memukul gendang pada pembukaan Kongres Kebudayaan Indonesia 2008 di Hotel Salak, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (10-12). Kongres diikuti 500 peserta membahas berbagai bidang yang berhubungan dengan budaya. (ANTARA/JAFKHAIRI)

"Bangsa besar itu mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain dan tetap mempertahankan nilai-nilai budayanya. Melalui budaya, manusia saling berkompetisi, dengan dukungan hukum, teknologi, dan ekonomi," kata Aburizal ketika membuka Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) tahun 2008 di Hotel Salak, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (10-12).

Pada era globalisasi yang disebut sebagai era gelombang keempat, kata dia, menjadikan budaya sebagai deposit yang harus dikelola sebagai "mata uang" baru untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa.

Menyikapi era gelombang keempat tersebut, lanjut Aburizal, Indonesia telah meluncurkan cetak biru ekonomi kreatif Indonesia, yakni konsep ekonomi baru yang berorientasi pada budaya kreatif, warisan budaya dan lingkungan. "Cetak biru tersebut akan menjadi acuan bagi tercapainya visi dan misi industri kreatif Indonesia sampai tahun 2030."

Harus Direvisi

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik mengatakan untuk menjaga kelestarian kebudayaan terutama cagar budaya negara ini, Undang-Undang No. 5/1992 tentang Cagar Budaya harus segera direvisi.

"Banyaknya cagar atau benda-benda budaya Indonesia yang hilang, apakah itu dijual ke luar negeri atau tidak terpelihara disebabkan faktor lemahnya hukum," kata Jero Wacik saat konferensi pers di KKI.

Ketua Panitia Pelaksana Tjetjep Suparman mengatakan KKI 2008 bertema Kebudayaan untuk kemajuan dan perdamaian menuju kesejahteraan, diikuti 500 peserta meliputi pemangku kepentingan dalam pengembangan kebudayaan, baik dari perorangan maupun lembaga dari seluruh Indonesia, akademisi, media massa, dan masyarakat umum.

Sementara itu, pada sesi media massa, Pemimpin Redaksi Lampung Post Djadjat Sudradjat tampil sebagai pembicara dengan judul makalahnya Pers, Otonomi Daerah, dan Pengembangan Budaya Lokal.

Dia tampil bersama Ishadi S.K. (Trans TV), Dr. Ade Armando (pakar komunikasi UI), Roy Suryo (pakar telematika). Pada sesi ekonomi kreatif tampil Dr. Mari Elka Pangestu, Prof. Edi Sedyawati.

Selama tiga hari pelaksanaan KKI pada 10--12 Desember 2008, dibahas 16 tema meliputi kebijakan dan strategi kebudayaan, film dan seni media, seni rupa, identitas budaya, warisan budaya, sastra, hak atas kekayaan intelektual (HAKI), filantropi kebudayaan, pendidikan, bahasa dan aksara, media massa, seni pertunjukan, ekonomi kreatif dan industri budaya, diplomasi kebudayaan, serta etika. n ALW/R-1

Sumber: Lampung Post, Kamis, 11 Desember 2008

No comments: