Monday, February 07, 2011

Penjualan "Online" Jadi Solusi

Jakarta, Kompas - Menyiasati terpuruknya penjualan buku cetak, sejumlah penerbit mulai melakukan penjualan buku melalui internet atau secara online. Langkah ini dirasakan sejumlah penerbit bisa menahan laju penurunan penjualan buku.

Penerbit dan Percetakan Galang Press di Yogyakarta yang melakukan penjualan buku melalui internet sejak enam bulan terakhir merasakan cara ini sangat efektif.

Direktur Penerbit dan Percetakan Galang Press Julius Felicianus akhir pekan lalu mengatakan, penjualan buku lewat internet meredam penurunan penjualan buku Galang Press secara fisik yang tahun lalu turun hingga 30 persen.

”Dengan penjualan buku secara online, penurunan bisa diredam hanya menjadi 20 persen,” katanya di Yogyakarta, Rabu (2/2).

Pangkas biaya distribusi

Menurut Julius, penjualan lewat internet menguntungkan karena memangkas biaya distribusi dan pemasaran buku.

Di sisi lain, keuntungan yang diperoleh penerbit dari penjualan lewat internet lebih besar, yakni sekitar 50 persen dari harga buku.

”Jumlah ini jauh lebih besar dari pendapatan penerbit melalui penjualan di toko-toko buku yang hanya sekitar 7 persen dari harga buku,” kata Julius.

Galang Press juga tengah merintis penjualan buku digital (e-book). Buku tersebut bisa dibeli dengan cara diunduh langsung dari internet sehingga tidak menggunakan kertas. Metode yang telah banyak dilakukan penerbit luar negeri ini dikembangkan guna memangkas harga bahan baku kertas yang terus meningkat.

”Penjualan buku dengan e-book tidak terpengaruh harga kertas yang harganya terus meningkat. Tahun ini harga kertas naik 10-20 persen,” kata Julius.

Terkait dengan harga kertas yang sangat mudah meningkat, Julius mengatakan, kertas seharusnya dikelola negara karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Hampir semua sektor membutuhkan kertas. Melepas kertas kepada swasta membuat kenaikan harga kertas sulit dikendalikan.

Secara terpisah, Direktur Penerbit dan Percetakan Navila Sholeh UG mengatakan, beberapa penerbit juga telah sepakat melakukan gerakan mencegah keterpurukan pasar buku. Hal ini dilakukan dengan menerbitkan buku-buku yang berbeda dengan tren di pasaran. Strategi ini menyasar pasar yang lebih spesifik.

”Kami mungkin akan berkonsentrasi pada buku-buku berat yang lebih idealis, seperti sastra, filsafat, atau budaya,” ujarnya.

Menurut Sholeh, saat ini pasar buku jenuh karena dibanjiri buku-buku yang mengikuti tren pasar sehingga isi dan judulnya mirip. Kejenuhan ini menjadi salah satu faktor redupnya penjualan buku selama setahun terakhir.

Tahun 2011, Penerbit dan Percetakan Navila akan mengurangi produksi buku hingga 75 persen dari produksi tahun 2010. Navila merugi sebab tidak mengalami pertumbuhan penjualan selama setahun terakhir. Padahal, biaya produksi buku terus meningkat.

Dharma Hutauruk dari Penerbit Erlangga di Jakarta mengatakan, pihaknya juga mulai melirik penjualan melalui internet. Ada sekitar 10 toko buku online yang biasa berhubungan dengan Penerbit Erlangga.

Menurut Dharma, adanya toko online juga membantu dalam perluasan distribusi buku yang dikeluarkan para penerbit. ”Sebenarnya belum terasa signifikan, tetapi bisa dibilang membantu perluasan distribusi,” ujarnya.

Rasyid Harry, Direktur Penerbit Hambali Swadaya Putra, yang menerbitkan buku bacaan anak dan agama, serta umum, mengatakan, pihaknya juga bekerja sama dengan pihak lain yang menjual buku secara online. Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan penulis untuk memasarkan buku secara bersama-sama.

Henny Widya dari Kutukutubuku.com mengatakan, pembeli di toko buku online terus meningkat. Saat ini anggotanya mencapai 47.000 orang. Pembelinya bisa perorangan ataupun instansi.

Toko buku online yang juga populer antara lain gramediaonline.com, gramediashop.com, dan bukukita.com. Ada yang memasarkan buku dari penerbit tertentu saja, ada juga yang dari beragam penerbit.

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Djalal mengatakan, ada rencana untuk membuat Undang-Undang Perbukuan sebagai panduan atau aturan main dunia perbukuan mulai dari proses perencanaan hingga percetakan. ”Saat ini baru masuk dalam tahapan daftar rencana legislasi DPR,” kata Fasli.

Fasli berharap RUU itu akan meningkatkan produksi buku. Yang tak kalah penting terutama merangsang lahirnya buku-buku berkualitas agar semakin banyak anggota masyarakat yang bisa menikmati buku.(ELN/IRE/LUK)

Sumber: Kompas, Senin, 07 Februari 2011

No comments: