LOLA Amaria (34) tampak sibuk akhir pekan ini. Sabtu (26/2) sore, ia memberi testimoni dalam seminar tentang teknologi lasik di sebuah klinik pengobatan mata di Jakarta. Minggu siang ini, ia harus menjadi pembedah novel baru berjudul Blues Merbabu karya Gitanyali di Book Fair, Senayan, Jakarta.
Lola Amaria (KOMPAS/RADITYA HELABUMI)
”Mataku dari minus, silinder, dan abrasi. Nah, abrasi itu yang enggak bisa lihat cahaya. Kadar normalnya 12, tetapi mataku 56, makanya suka gelap...” tutur perempuan kelahiran 30 Juli 1977 ini.
Lantaran itulah, tambah Lola, ia memutuskan menggunakan teknologi laser yang disebut lasik untuk menyembuhkan matanya. ”Sekarang sudah enggak perlu kacamata, suka bikin repot kan,” katanya.
Soal bedah novel itu? ”Oh aku tersanjung. Penulisnya juga bukan penulis sembarangan. Selain itu, novel ini juga bisa bersaing di market sekarang lho,” tutur sutradara film Minggu Pagi di Victoria Park ini. Lola merasa Blues Merbabu bisa menjadi tulisan penting untuk menandai masa-masa tahun tujuh puluhan. Itu bisa dilihat dari lagu, musik, daerah seperti Sanur, serta definisi tentang kecantikan. Selain itu, yang terpenting, si tokoh novel yang anak seorang PKI, ”Fun-fun aja, so what kalau gue anak PKI. Kira-kira gitu tuh tokohnya,” kata Lola tentang novel itu.
(CAN)
Sumber: Kompas, Minggu, 27 Februari 2011
No comments:
Post a Comment