Monday, February 28, 2011

Kesenian Tradisional: Opera Batak Tampil Empat Bahasa

Medan, Kompas - Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) akan menampilkan opera Batak dalam empat bahasa pada satu panggung, yakni bahasa Karo, Simalungun, Toba, dan Indonesia. Biasanya opera Batak identik dengan bahasa Batak Toba.

Pergelaran akan berlangsung di Taman Budaya Sumatera Utara, 11-12 Maret 2011, dengan naskah adaptasi cerita rakyat berjudul Si Jonaha (Si Jenaka).

Sutradara dan penulis naskah Si Jonaha, Thompson HS, pekan lalu, mengatakan, naskah disarikan dari cerita rakyat yang berkembang di tiga daerah, yaitu Tanah Karo, Simalungun, dan Batak Toba. ”Bahasa Indonesia digunakan untuk menjembatani penonton yang tidak bisa berbahasa daerah. Ungkapan bahasa Indonesia akan disampaikan pemain sedikit-sedikit dalam dialog,” kata dia.

Cerita rakyat Si Jonaha cukup unik. Tiga daerah punya cerita tentang Si Jonaha, tetapi dalam rentang usia berbeda. Di Karo, cerita tutur yang muncul adalah saat Jonaha kecil, di Simalungun saat Jonaha remaja, dan di Toba saat Jonaha dewasa.

Namun, sifat Jonaha sama. Ia lugu sekaligus pintar mengakali orang lain.

Bagi pelaku dan pencinta opera Batak, naskah Si Jonaha adalah sebuah pencapaian baru opera Batak. Sebelumnya, naskah-naskah opera Batak hanya disampaikan dalam bahasa Batak Toba.

Di Karo, kisah Si Jonaha adalah tentang anak kecil yatim piatu yang diasuh pamannya. Karena jengkel dengan keluguan dan kemampuan Jonaha mengakali orang, pamannya menjual Jonaha. Jonaha bisa mengelabui si pedagang dan merantau ke Simalungun.

Di Simalungun, kisah Jonaha memperdaya orang lain pun banyak terjadi, termasuk pada ibu angkatnya. Akhirnya, ia lari ke Toba.

Di Toba, ia menjadi penjudi yang suka memperdaya orang. Kisah konyolnya memperdaya orang akan menghiasi seluruh rangkaian cerita komedi itu. Pentas serupa pernah dilakukan di Pulau Batam, tahun lalu.

Pemimpin produksi Ojax Manalu mengatakan, meskipun opera Batak merupakan seni tradisi, tidak ada bantuan pemerintah dalam proses produksi. ”Semua kami upayakan sendiri dari sponsor dan penjualan tiket,” tutur Ojax.

Selain maestro opera Batak Alister Nainggolan dan Zulkaidah boru Harahap, para pemain opera adalah peserta program pelatihan revitalisasi opera Batak bantuan Pemerintah Provinsi Sumut tahun 2008.

Pergelaran ini menjadi ajang mengumpulkan koin untuk membangun kembali rumah adat Karo yang terus berkurang. (WSI)

Sumber: Kompas, Senin, 28 Februari 2011

No comments: