Thursday, February 24, 2011

Masalah Industri Perbukuan Makin Berat

Jakarta, Kompas - Belum tuntas menghadapi persoalan klasik, kini industri perbukuan Indonesia telah dihadang tantangan era digital. Untuk itu, industri perbukuan harus melakukan berbagai terobosan agar bisa mandiri dan tak bergantung kepada pemerintah.

CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo (kanan) secara simbolis menyerahkan buku berjudul Pak Kalla dan Presidennya kepada mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menandai pembukaan pameran Kompas Gramedia Fair 2011 di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (23/2). Pameran buku dan berbagai produk media tersebut akan berlangsung hingga Minggu (27/2). (KOMPAS/IWAN SETIYAWAN)

CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo dalam pembukaan pameran buku dan media ”Kompas Gramedia (KG) Fair” di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (23/2), mengatakan, industri perbukuan di Indonesia kurang tumbuh baik karena selama puluhan tahun tidak juga mampu menyelesaikan masalah-masalah klasik. Persoalan minat baca dan daya beli masyarakat yang rendah, distribusi buku yang tidak merata, hingga soal pajak perbukuan tidak juga kunjung mendapat solusi.

”Di belahan bumi lain pun terjadi penurunan. Di era digital, perkembangan e-book diperkirakan lebih besar dari cetak. Tantangan industri perbukuan makin berat dan sulit diprediksi. Bisa makin banyak usaha toko buku dan penerbit yang gulung tikar,” kata Agung.

Hadir dalam pembukaan ”KG Fair” yang berlangsung hingga Minggu (27/2) antara lain Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) M Jusuf Kalla, pimpinan Bank BCA Santoso, dan pemerhati anak Seto Mulyadi. Pada kesempatan itu, Kompas Gramedia menyerahkan uang sumbangan pelanggan Gramedia kepada PMI dan melakukan donor darah.

Lebih lanjut Agung mengatakan, untuk menghadapi tantangan klasik dan era digital, perlu upaya kreatif dan inovatif. Dalam tiga tahun terakhir, Kompas Gramedia melengkapi produk- produknya dalam format digital. Bertepatan dengan ”KG Fair”, diluncurkan Gramedia Online yang menyediakan 60.000 buku.

Tidak maju


Kalla mengatakan, tanpa buku, suatu bangsa tidak akan maju. Namun ironisnya, di Indonesia, terutama di luar Pulau Jawa, toko-toko buku sangat sulit dijumpai.

”Buku seharusnya menjadi kebutuhan. Membaca merupakan hobi yang bermanfaat. Membudayakan membaca harus terus dilakukan tanpa henti,” kata Kalla.

Menurut Kalla, cara paling baik untuk menumbuhkan minat baca adalah dengan memberikan contoh. Di keluarga, orangtua harus menjadi contoh nyata suka membaca.

”KG Fair” dilaksanakan secara rutin sejak 2004. Selain di Jakarta, ”KG Fair” juga digelar di Surabaya, Semarang, Medan, dan Bandung. (ELN)

Sumber: Kompas, Kamis, 24 Februari 2011

No comments: