Monday, December 01, 2008

Menyusur Jejak Alfred Wallace

TEORI evolusi selama ini dikenal sebagai ide orisinal Charles Darwin. Padahal, pemikiran mengenai seleksi alam yang menjadi dasar teori tersebut, berasal dari Alfred Russell Wallace.

Wallace adalah ilmuwan Inggris yang melakukan penjelajahan di Sarawak dan Indonesia pada tahun 1850-an. Selama delapan tahun, ia melakukan penjelajahan sepanjang 2.000 kilometer dari Sumatera hingga Papua, dan berhasil mendokumentasikan ribuan jenis flora dan fauna.

Berkaitan dengan itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan Pemerintah Kota Ternate, Maluku Utara, dan Yayasan Wallacea menyelenggarakan Prasimposium "Letter from Ternate: 'Sang Naturalis' - Alfred Russell Wallace" di Ternate, pada 2-3 Desember. Acara itu diselenggarakan untuk memperingati 150 tahun Surat dari Ternate, surat yang dikirimkan Alfred Russell Wallace kepada Charles Darwin pada tahun 1858.

Di dalam prasimposium di Ternate, seperti dikemukakan Kepala LIPI Prof Dr Umar Anggara Jenie, pekan lalu, akan dipresentasikan hasil Ekspedisi Widya Nusantara (E-Win) yang dilaksanakan pada 2007. Di dalam ekspedisi itu, LIPI melakukan penelitian ilmiah tentang keanekaragaman hayati seperti pernah ditempuh Wallace dari Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat, hingga Maluku.

Wallace berjasa menentukan batas antara wilayah barat dan timur jajaran kepulauan Nusantara, dengan menarik garis antara Pulau Lombok dan Pulau Bali, serta antara Kalimantan dan Sulawesi. Wallace berpendapat, Kalimantan bersama Jawa dan Sumatera dulunya merupakan bagian dari daratan Asia.

Sedangkan Pulau Timor, Maluku, Papua, dan Sulawesi, berasal dari Benua Australia. Konsep itu akhirnya dibuktikan kebenarannya secara geologis. Garis batas imajiner mulai dari Filipina Timur melalui Selat Makassar, dan kemudian antara Bali dan Lombok, kemudian dikenal dengan nama Garis Wallacea.

Bagi Pemerintah Kota Ternate, seperti dikemukakan Wali Kota Ternate, Drs Syamsyir Andili, penyelenggaraan prasimposium itu bertujuan untuk membangun sebuah frame work pengembangan ilmu pengetahuan pada masa depan, khususnya untuk kawasan Ternate dan sekitarnya.

Peringatan 150 tahun Wallace mendorong Pemerintah Daerah Ternate menyelenggarakan sebuah kegiatan untuk membangkitkan semangat ilmu pengetahuan, sehingga Ternate akan tetap menjadi inspirator ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan dunia.

Prasimposium di Ternate itu, seperti dikemukakan oleh Umar Anggara Jenie, juga dilaksanakan sebagai kegiatan awal dari International Symposium on Alfred Russell Wallace & The Wallacea. Kegiatan itu diselenggarakan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) bekerja sama dengan Yayasan Wallacea, LIPI, Conservation Indonesia (CI) di Makassar, 10 - 13 Desember 2008. [A-18]

Sumber: Suara Pembaruan, Senin, 1 Desember 2008

No comments: