Magelang, Kompas - Situs manusia purba Sangiran akan dikomparasikan situs manusia purba di Afrika. Sebagai awal penelitian akan dilakukan di situs Omo dan Oduvai di Kenya.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Tony Djubiantono menjelaskan, dalam studi ini akan dilihat bentuk sebuah situs yang sengaja dilindungi pemerintah setempat dan jauh dari permukiman penduduk.
”Kami berharap bisa mendapat pengetahuan, celah-celah tempat seperti apa yang perlu dilihat lagi untuk menggali lebih banyak temuan dari Sangiran,” ujarnya di sela-sela seminar ”Uncovering The Meaning of The Hidden Base of Candi Borobudur” di Hotel Manohara, Magelang, Jateng, Kamis (3/7).
Situs Sangiran dianggap sudah rusak karena 80 persen bagiannya sudah dirambah manusia, bahkan fosil-fosilnya diperjualbelikan. Dengan melihat situs utuh, belum tersentuh di Kenya, diharapkan didapat informasi untuk memperdalam penelitian di titik-titik yang selama ini belum pernah tersentuh di Sangiran.
Dari penelitian ini, nantinya juga akan dipelajari manajemen pengelolaan situs. Pengetahuan ini, menurut Tony, akan menjadi informasi dan masukan penting bagi pemerintah, untuk menjaga situs Sangiran yang berada di tengah permukiman penduduk.
Setelah itu akan dilakukan studi komparasi di situs manusia purba di Etiopia dan Tanzania. Afrika dipilih karena di sana merupakan lokasi cikal bakal migrasi manusia purba (Homo erectus). (EGI)
Sumber: Kompas, Jumat, 4 Juli 2008
No comments:
Post a Comment