Jakarta, Kompas - Tak hanya masalah ratusan ribu ruang kelas rusak di sekolah dasar dan tingkat menengah yang belum tuntas. Puluhan ribu SD dan SMP di seluruh Indonesia juga belum memiliki perpustakaan yang penting sebagai pusat belajar dan mengembangkan minat baca siswa sejak dini.
Hingga tahun 2011, Kementerian Pendidikan Nasional mencatat 55,39 persen SD belum memiliki perpustakaan sekolah. Dari 143.437 SD, ada 79.445 sekolah belum punya perpustakaan. Adapun di SMP, 39,37 persen sekolah (34.511 dari 13.588 sekolah) tidak punya perpustakaan.
Perpustakaan sekolah yang ada pun belum memadai, baik dari segi ruangan, koleksi, hingga kegiatan. Hal itu tampak dari pantauan Kompas ke sejumlah sekolah di Jakarta, Kamis (31/3).
Di SDN Duri Pulo 06 Petang, Jakarta, ruang perpustakaan digabung dengan ruang guru dan ruang penyimpanan barang sekolah. Perpustakaan hasil bantuan bank pemerintah itui juga dipakai siswa SDN Duri Pulo 10.
”Kalau tidak ada bantuan dari luar, kami belum punya perpustakaan. Koleksi buku pun disumbang,” kata Sutisna, penanggung jawab perpustakaan itu.
Kondisi yang sama terlihat di perpustakaan di SDN Duri Pulo 04, Jakarta. Kondisinya lebih baik karena siswa dapat duduk di karpet.
Kesulitan sekolah menyediakan ruang perpustakaan adalah karena tidak ada ruangan. Ruang perpustakaan disediakan dengan mengorbankan satu ruang kelas.
Akibatnya, sekolah itu hanya menggunakan lima ruang kelas. Siswa kelas I dan II SD memakai ruang kelas secara bergantian.
Di SD Inpres Maccini Baru, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, sudah ada ruang perpustakaan khusus. Namun, koleksi bukunya hanyalah buku-buku pelajaran. Kondisi serupa banyak dijumpai di perpustakaan sekolah lain. Mereka minim bacaan yang merangsang minat baca anak.
Dana kurang
Pada rapat kerja dengan Komisi X DPR, Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan, kebutuhan dana untuk membangun ruang perpustakaan di SD dan SMP sekitar Rp 9,9 triliun. Namun, anggaran dana alokasi khusus sebesar Rp 10 triliun dari pemerintah pusat tahun 2011 juga dipakai untuk memperbaiki ruang kelas yang rusak dan peningkatan mutu, seperti pembelian buku referensi dan pengayaan serta alat-alat peraga dan laboratorium.
Lucya Damayanti, Kepala Bidang Perpustakaan Sekolah dan Perguruan Tinggi Perpustakaan Nasional, memprihatinkan masih banyaknya sekolah, terutama SD, tidak punya perpustakaan. Kondisi itu menunjukkan belum ada kesadaran pentingnya mengembangkan perpustakaan.
”Perlu diprioritaskan adanya perpustakaan di tiap sekolah. Dinas pendidikan setempat mesti berkoordinasi dengan Perpustakaan Nasional dan daerah supaya program perpustakaan sekolah berkesinambungan dan jadi pusat belajar,” kata Lucya. (ELN)
Sumber: Kompas, Jumat, 1 April 2011
No comments:
Post a Comment