Saturday, April 02, 2011

Perpustakaan Sekolah Butuh Perhatian

Jakarta, Kompas - Pengelolaan perpustakaan sekolah umumnya dipegang guru, bukan pustakawan. Salah satu akibatnya, perpustakaan tidak berkembang menjadi bagian dari proses pembelajaran karena guru terbebani. Guru juga minim pengetahuan dan latihan kepustakaan.

Di banyak sekolah, perpustakaan tidak berkembang optimal, baik dari sisi koleksi maupun pemanfaatannya. Kegiatan di perpustakaan terbatas membaca sesuai jam kunjung, peminjaman, dan waktu pengembalian buku.

Nurul Ampi, penanggung jawab perpustakaan di SDN Duri Pulo 04, Jakarta, Jumat (1/4), mengatakan, ia tak banyak punya bekal pengetahuan soal pengelolaan perpustakaan yang baik. Perpustakaan hanya menjadi tempat membaca yang jam kunjungnya diatur bergantian

”Pengelolaan perpustakaan juga masih manual. Semua buku di perpustakaan, baik sumbangan swasta maupun pemerintah, saya catat di buku. Lalu saya beri kode-kode supaya mudah. Itu saya pelajari sendiri,” kata Nurul, yang juga guru kelas III itu.

Sutisna, penanggung jawab perpustakaan SDN Duri Pulo 06, Jakarta, hampir sama. Ia mendapat pelatihan, tetapi terbatas. Kemampuannya baru sebatas mengelola koleksi buku perpustakaan dan mendampingi siswa di perpustakaan.

Bantuan perguruan tinggi

Kondisi berbeda terjadi di SDN Cilandak Barat 01, Jakarta. Sekolah itu dibantu Universitas Indonesia untuk merevitalisasi perpustakaan. Hal sama terjadi di SD Pancoran 08, Jakarta, dan SD Kramat Beji, Depok

Mahasiswa arsitektur UI dan perpustakaan sekolah berkolaborasi mengubah tampilan perpustakaan. Para guru dilatih memahami peran penting perpustakaan dan memanfaatkannya menjadi bagian dari proses pembelajaran.

Di SDN Cilandak Barat 01, ruang perpustakaan ditata atraktif. Dinding dipenuhi gambar bertema kehidupan rimba yang membuat siswa nyaman di perpustakaan. ”Siswa selalu antusias jika disuruh ke perpustakaan,” kata Nani, salah satu guru.

Selain bangku, disediakan juga karpet. Di sana siswa bisa membaca dengan santai, bahkan sambil tiduran.

Para guru pun mengajak siswa belajar di perpustakaan, seperti ketika jam pelajaran Bahasa Indonesia dan Sains. Di perpustakaan tersedia beragam buku yang bisa dipakai sebagai rujukan.

Sekolah juga menunjuk pustakawan cilik. Mereka bertugas mengajak teman-temannya rajin mengunjungi perpustakaan. Mereka secara bergantian membantu guru mengelola perpustakaan sehari-hari.

Secara terpisah, Wakil Presiden Boediono menyoroti minimnya fasilitas sekolah-sekolah di pedalaman. Sorotan tersebut diungkapkan saat dialog dengan sekitar 2.000 siswa dan guru se-Provinsi Jambi di SMPN 7 Kota Jambi, Jumat.

”Saya minta dinas pendidikan nasional lebih sering memantau sekolah-sekolah di pedalaman agar dapat mengetahui persoalan di sana,” tuturnya. Fasilitas pendidikan penting untuk kualitas pendidikan suatu sekolah.

(ELN/ITA)

Sumber: Kompas, Sabtu, 2 April 2011

No comments: