Judul Buku: DBL The Magazine 2009-2010: Breaking Records!
Penulis: Azrul Ananda dan Tim DBL Indonesia
Penerbit: DBL Indonesia dan Jaring Pena, Surabaya
Cetakan: I, Oktober 2009
Tebal: 128 halaman
SAYA dua kali mengunjungi Surabaya untuk menyaksikan NBA Madness yang menghadirkan bintang tamu pemain NBA New York Knicks, David Lee, dan saat mengikuti rangkaian kegiatan Indonesia Development Camp 2009 yang salah satunya dipandu bintang Sacramento Kings, Kevin Martin. Selama itu pula saya selalu melahap lembar-lembar koran Jawa Pos yang mewartakan berita-berita dan cerita-cerita seputar Deteksi Basketball League (DBL). Rasanya tak habis-habis cerita yang bisa diangkat dari liga basket antarpelajar terbesar di Indonesia ini. Mulai laporan dan catatan pertandingan, profil pemain, kegiatan di luar lapangan, hingga kehebohan-kehebohan lain yang selalu mewarnai penyelenggaraan pertandingan DBL.
Kerakusan saya dalam mengonsumsi cerita-cerita seputar DBL sebenarnya tak lepas dari keterlambatan saya dalam mengenal liga ini. Saya baru mengenal DBL setelah ia berusia empat tahun.
Berada di Surabaya sembari selalu menikmati cerita-cerita seru seputar DBL membuat saya berpikir, ''Saya seharusnya menggunting potongan-potongan berita dan cerita ini, beli buku gambar kosong, dan kemudian membuat kliping!'' Saya tersenyum sendiri membayangkan apakah saat ini masih ada orang membuat kliping berita koran. Di internet sih ada, namanya bookmarking.
Koran memiliki kecenderungan untuk dibuang atau disisihkan setelah dibaca. Sedangkan majalah mendapat tempat yang lebih istimewa karena bentuknya yang praktis dan tampilan fisiknya yang menarik. DBL seharusnya merangkum kegiatannya dalam bentuk majalah yang terbit dengan kala tertentu, pikir saya waktu itu. Tentu saja apa yang saya pikirkan sudah menjadi bahan pertimbangan DBL jauh-jauh hari.
Awal Oktober lalu, DBL akhirnya mengeluarkan majalahnya. Sebuah gebrakan baru lagi dalam dunia basket Indonesia (bahkan dunia olahraga Indonesia). Sebuah liga olahraga dengan majalahnya sendiri. Sebagai catatan, Liga Super Indonesia (sepak bola) saja tidak memiliki majalah atau medianya sendiri.
***
Senyum Danny Granger, Kevin Martin, dan David Lee menyapa ramah majalah DBL The Magazine 2009-2010. Titel utama ''Breaking Records!'' pada sampul depan mengundang rasa penasaran untuk mengeksplorasi isi majalah segar yang tampaknya memuat banyak hal yang ingin diketahui orang-orang mengenai DBL.
''Do not go where the path may lead. Go instead where there is no path, and leave a trail,'' tulis Comissioner DBL Azrul Ananda mengutip Ralph Waldo Emerson sebagai kalimat pembuka pada majalah ini. Tersirat semangat keberanian di dalamnya. Salah satu semangat yang selalu menyelimuti orang-orang yang terlibat dan terkait dengan DBL.
Halaman selanjutnya diisi cerita Azrul Ananda tentang sejarah lahirnya DBL. Menarik membaca visi sang comissioner yang memiliki cita-cita --yang sebenarnya-- jauh melebihi batas-batas dari hal-hal yang berkaitan dengan dunia basket.
Foto-foto dokumentasi yang menarik membuat paparan sejarah DBL menjadi tidak membosankan untuk diikuti. Bahkan, sejujurnya, tanpa membaca ulasan-ulasan di dalam majalah DBL dan hanya dengan melihat foto-foto dokumentasi yang ada, pembaca sudah cukup bisa merasakan sensasi dan menjadikannya bahan obrolan dengan teman-teman yang belum maupun yang telah mengenal DBL.
Catatan Matahari Terbit Lebih Dulu di Papua pada halaman 19 yang kemudian dilanjutkan dengan Tak Harus di Jakarta Tak Perlu Juara Nasional di halaman 21 menjadi cerita unik tersendiri bagaimana sebuah kegiatan besar tak melulu harus berlangsung di ibu kota (Jakarta) dan bibit potensial olahraga bisa berasal dari mana saja, bahkan dari sebuah kota yang selalu dianggap potensial namun selalu diabaikan.
Cerita-cerita seputar kedatangan tiga pemain NBA; Danny Granger, David Lee, dan Kevin Martin; juga tak luput dari majalah ini. Brooks Meek (direktur senior Basketball Operations International NBA), Neal Meyer (asisten pelatih Cleveland Cavaliers), Joe Prunty (asisten pelatih Portland Trail Blazer), dan Martin Conlon (NBA Clinician) memberikan kesan-kesan mereka terhadap DBL di halaman 92.
''Kalau mau ditulis dalam bentuk buku, panjangnya bisa ratusan halaman,'' kata Azrul pada pengantar majalah ini. Demikian pula cerita singkat mengenai DBL The Magazine 2009-2010 ini. Karena itu, resensi ini hanya menceritakan, mungkin tak lebih dari 5 persen, isi majalah secara keseluruhan.
Pin-up para pemain NBA di Surabaya, profil pemain-pemain unggulan DBL, kegiatan-kegiatan di luar lapangan basket, penghargaan dari Muri dan ketua umum Perbasi, cerita tentang DBL Arena yang megah, kisah perjalanan pemain-pemain DBL dalam menimba pengalaman ke Australia, cerita mengharukan dan membahagiakan, semua tertuang di dalam majalah setebal 128 halaman ini. DBL The Magazine juga memuat bonus panduan 30 tim NBA 2009-2010.
Jika cerita-cerita dan foto-foto seputar DBL di dalam majalah ini terbilang sangat memuaskan, maka jangka waktu penerbitan majalah yang kabarnya hanya terbit pada setiap akhir musim itu tentu saja membuat masa menunggu terlalu lama. Padahal, menunggu itu menyebalkan. Apalagi menunggu terbitnya edisi berikutnya majalah yang sangat keren ini. (*)
Rosyidan, blogger dan pecinta basket, tinggal di Bandung, http://mainbasket.wordpress.com
Sumber: Jawa Pos, Minggu, 08 November 2009
No comments:
Post a Comment