Monday, March 21, 2011

Negara Abaikan Kekayaan Kesusastraan

Jakarta, Kompas - Terbengkalainya Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin menunjukkan ketidakpedulian negara terhadap kebudayaan sastra di Tanah Air. Buku dan dokumen tertulis selama ini tidak dianggap sebagai aset penting yang berfungsi menjaga peradaban bangsa.

Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta, menjadi rujukan penelitian karya sastra Indonesia periode 1930-1950 karena koleksi perpustakaan tersebut. (KOMPAS/IWAN SETIYAWAN)

Keputusan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang secara bertahap mengurangi anggaran untuk Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin dipastikan akan membuat pusat dokumentasi yang menjadi rujukan bagi mahasiswa dan peneliti kebudayaan Indonesia dari dalam dan luar negeri itu gulung tikar. Sejak pertama kali didirikan 1977, PDS HB Jassin benar-benar menggantungkan dana rutin dari Pemprov DKI Jakarta.

”Sudah lama PDS HB Jassin mengalami kesulitan dana. Anggaran yang diberikan Pemprov DKI tidak tetap, bahkan cenderung turun dari tahun ke tahun. Kalau memang PDS HB Jassin dianggap sebagai aset nasional, seharusnya pemerintah pusat ikut memikirkannya,” ujar penyair Khrisna Pabichara, Minggu (20/3).

Khrisna bergabung dengan rekan-rekan budayawan lainnya dan masyarakat pencinta sastra untuk menggalang dana bagi PDS HB Jassin. Mereka bergerak melalui jaringan sosial media Twitter dengan nama Koinsastra.

Seperti diberitakan Kompas, Minggu, pengelola Perpustakaan HB Jassin, Endo Senggono, mengatakan, tahun lalu Pemprov DKI memberikan dana Rp 350 juta untuk PDS HB Jassin. Tahun ini disebut-sebut, bantuan untuk PDS HB Jassin turun drastis.

Minimnya dana ini juga sudah ditelisik Krishna melalui pegawai yang bekerja di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemprov DKI Jakarta.

Minimnya dana menyebabkan dokumen dan buku karya sastra penting sulit diselamatkan. Proses digitalisasi yang diperlukan untuk menyelamatkan buku serta naskah dan dokumen kuno tidak bisa dilakukan. Karena sering dibaca dan difotokopi untuk keperluan penelitian, buku dan dokumen-dokumen kuno itu terancam rusak.

Dosen Sastra Universitas Udayana, Darma Putra, menyayangkan minimnya kucuran dana untuk PDS HB Jassin. Keberadaan PDS HB Jassin sangat penting bagi generasi muda yang ingin belajar dan meneliti sejarah kebudayaan bangsa.

Buku tertua yang tersimpan di PDS HB Jassin salah satunya koleksi sastra Melayu China. Dalam koleksi ini terkumpul sekitar 500 buku, antara lain hasil karya Kwee Tek Hoay, Lim Kim Hok, dan F Wiggers yang terbit tahun 1900-1940. (ind)

Sumber: Kompas, Senin, 21 Maret 2011

No comments: