Cirebon, Kompas - Di sepanjang perairan Selat Malaka, Laut Jawa, Selat Karimata hingga Laut Sulawesi dan Papua, diperkirakan terdapat 463 lokasi kapal tenggelam yang terkubur di bawah laut bersama benda-benda cagar budaya. Sayangnya, baru 10 lokasi yang telah dieksplorasi.
Dohardo Pakpahan, Koordinator Perizinan dan Administrasi Panitia Nasional Benda Berharga Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) mengatakan, dari 463 lokasi itu, 43 di antaranya telah disurvei dan hanya 10 lokasi yang benda-bendanya telah diangkut. Sedikitnya ada 300.000 benda yang terangkat dari dasar laut dan kini tersimpan di gudang khusus BMKT di Cileungsi, Bogor.
”Daerah dengan kapal tenggelam bermuatan benda berharga terbanyak, antara lain di perairan pantai utara Jawa, Belitung, dan Selat Karimata,” kata Dohardo, seusai menerima 2.378 item porselen China dari abad XV yang ditemukan di Blanakan, Kabupaten Subang, dari Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Cirebon Letkol Laut (P) Deny Septiana, Rabu (31/3).
Jenis benda yang banyak ditemukan adalah keramik, porselen, benda logam, kepingan emas, dan perhiasan. Kapal-kapal yang karam itu diperkirakan berasal dari China, Arab, India, Belanda, dan Inggris. Setiap kapal, jumlah muatannya tidak sama banyaknya. Jumlah muatan terbanyak yang pernah diangkat adalah kapal China dari abad X yang ditemukan di perairan Cirebon, sebanyak 271.000 item.
Adapun ke-10 titik yang telah diangkat benda berharganya kebanyakan di perairan Jawa dan Sumatera. Pengangkatan benda di perairan Jawa adalah di Blanakan, Kabupaten Subang, tahun 1998; Karangsong, Cirebon (2004); Karawang, Jabar, (2008); Pulau Karang China, Kepulauan Seribu, Jakarta; serta di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, ketiganya pada 2008.
Di perairan Sumatera, yang terlama dilakukan di Pulau Buaya Wrek, Kepulauan Riau, pada 1998. Selain itu, di Pulau Intan Kargo di Selat Gelasa, Bangka Belitung; Teluk Sumpat di Tanjung Pinang, dan Karang Hliputan di Kepulauan Riau, tahun 2006; Belitung Timur, ketiganya berlangsung pada 2009.
Kepala Subdirektorat Pengawasan dan Pengendalian Jasa Kelautan dan Sumber Daya Nonhayati Kementerian Kelautan dan Perikanan Heru Satrio Wibowo menambahkan, tidak semua lokasi dengan mudah bisa langsung dieksplorasi karena data yang diperoleh berdasarkan catatan dan referensi sejarah masih terlalu umum. Panitia Nasional BMKT ataupun Kementerian Kelautan dan Perikanan masih belum mempunyai alat canggih yang mampu mendeteksi keberadaan kapal-kapal karam.
Dohardo menegaskan, setelah diidentifikasi dan dipilih, benda berharga dari muatan kapal tenggelam itu akan dilelang dengan mendapat izin Menkeu lebih dulu. Namun, tidak semuanya langsung dilelang. Untuk benda yang punya sifat khusus dan sangat langka berdasarkan kriteria arkeologis, akan disimpan menjadi koleksi negara. Sisanya, boleh dilelang dengan bagi hasil 50 persen untuk negara, dan 50 persen untuk perusahaan swasta yang membantu eksplorasi BMKT. (THT)
Sumber: Kompas, Kamis, 1 April 2010
No comments:
Post a Comment