-- Ilham Khoiri dan Putu Fajar Arcana
#RT @salmanaristo: Kirno bikin 2 surat. Buat kekasih & istrinya. Satu kangen, satunya putus hubungan. Surat tertukar amplop saat dikirimkan.
Butet Kartarejasa membaca cerpen pada peluncuran buku Agus Noor di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jakarta, Kamis (25/3). (KOMPAS/ARBAIN RAMBEY)
Cerita mungil itu tampil dalam hastag #fiksimini di Twitter, jejaring sosial dunia maya, Jumat (9/4) siang. Kisah yang ditulis Salman Aristo itu hanya terdiri dari 18 kata, tetapi punya daya ledak yang mengusik. Membaca cerita ini, kita tersulut untuk membayangkan banyak hal.
Kira-kira kalau diuraikan ceritanya begini: Ada tokoh bernama Kirno. Dia membuat dua surat untuk kekasih dan istrinya. Satu surat berisi curahan hati rasa kangen dan satu surat lagi berisi penjelasan putus hubungan. Kita langsung bisa menebak, tokoh itu jenis lelaki yang suka berselingkuh.
Ternyata, surat itu tertukar amplop saat dikirimkan. Cerita dibiarkan menggantung sampai di situ saja. Selanjutnya, kita dibiarkan menjelajah berbagai kemungkinan. Bagaimana saat dua perempuan itu menerima surat yang salah; bagaimana pula hubungan mereka selanjutnya dengan Kirno?
Ada banyak persepsi yang muncul dari dua peristiwa yang dibenturkan secara ironis tadi. Bagi Kirno, ini adalah tragedi. Bagi sebagian pembaca, cerita itu jadi lelucon.
”Cerita ini mudah nyambung dengan banyak orang karena tema selingkuh sekarang sudah jadi komoditas di banyak film, lagu, drama, atau sinetron,” kata Salman Aristo, yang sehari-hari bekerja sebagai penulis skenario film dan produser.
Cerita-cerita dengan format serupa Kirno tadi sekarang bermunculan dalam hastag #fiksimini di Twitter. Fiksimini adalah ruang berbagi cerita yang terbuka bagi semua orang yang mengikutinya—biasa disebut sebagai followers. Sesuai dengan namanya, cerita yang ditampung di ruang itu adalah fiksi yang mini alias cerita yang pendek sekali.
Setiap satu cerita tak boleh lebih dari 140 karakter, termasuk spasi dan nama pengirim. Tapi, dalam kependekannya itu, kita bisa menemukan unsur-unsur cerita, seperti tokoh, karakter, plot, ketegangan, dan konflik. Setiap pengirim (yang ditandai dengan @nama) dituntut memainkan semua unsur drama secara efektif sehingga bisa menggugah, bahkan meletupkan ledakan yang mengesankan.
Diminati
Account @fiksimini di Twitter dibuka hampir dua bulan terakhir. Forum berbagi cerita singkat di dunia maya itu digagas Agus Noor, sastrawan dari Yogyakarta, bersama Eka Kurniawan dan Clara Ng. Mereka bertiga kini menjadi moderator yang mengatur lalu lintas cerita dari para pengirim.
Istilah fiksimini dicetuskan Agus Noor untuk menamai cerita singkat yang berusaha menceritakan sebanyak mungkin kisah dengan semini mungkin kata. ”Setiap pengirim cerita harus menemukan konsep dramatik dalam keterbatasan itu. Ini tantangan yang menarik,” kata Agus.
Setiap hari, moderator menyodorkan tema tertentu, seperti surat, ranjang, soto, ciuman, atau soal lain. Pengikut lantas menanggapi dengan membuat cerita mungil dengan tema tadi. Ternyata, responsnya mengejutkan.
Menjelang dua bulan ini, pengikut @fiksimini mencapai sekitar 4.500 orang. Tak hanya kalangan sastrawan, peminatnya meluas di masyarakat, seperti wartawan, sutradara, mahasiswa; dari remaja sampai berusia tua.
Pengelola fiksimini kemudian membuat blog tersendiri, http://fiksimini.com, untuk mem-backup data yang masuk. Hingga kini, jumlah fiksimini yang terekam mencapai 2.000 cerita lebih. Ribuan cerita itu bakal dikumpulkan dan diterbitkan dalam bentuk buku.
Setiap kali moderator melempar satu tema, cerita yang muncul beragam, menarik, dan menjanjikan kejutan. Dalam keterbatasan ruang, setiap pengarang berusaha membentangkan kisah-kisah panjang dan mendalam, dan biasanya dengan ending penuh teka-teki.
Coba saja kita lihat beberapa cerita yang dikirimkan untuk merespons tema surat, Jumat lalu. Meskipun sama-sama berangkat dari surat, beberapa penulis menghadirkan kisah berbeda.
#RT @dedirahyudi: Dia kirim mimpi buruknya di pagi hari. Malamnya mimpi itu kembali lagi. Prangkonya kurang!
#RT @yanuunay: Ia tulis cerita seru kpd sepupunya soal sungai tempat ia biasa berenang. Ceritanya blm terkirim, sorenya ia tenggelam.
Mengasyikkan
Kenapa fiksimini diminati begitu banyak kalangan? Sebagian orang mengaku, ruang itu telah membuka kemungkinan ekspresi seni sastra alternatif yang mengasyikkan. Siapa pun yang bergabung akan digoda untuk berimajinasi dan menuliskan kelebat gagasan atau cerita dalam kalimat yang padat, tetapi tetap menggugah.
Simak saja pengakuan Hasan Aspahani, penyair yang tinggal di Batam, Kepulauan Riau, ”Saya dirangsang untuk menemukan gagasan cerita, mengolahnya dalam kalimat pendek-padat dengan memperhitungkan semua unsur bahasa, seperti metafor, rima, gaya, titik, koma, dan lain-lain. Ini bisa jadi selingan yang menyenangkan.”
Baru dua minggu ini aktif mengikuti fiksimini, Hasan sudah benar-benar keranjingan. Dalam sehari, dia bisa mengirimkan 20-an cerita mungil. Dia berencana mengembangkan sebagian fiksimininya menjadi puisi panjang.
Fiksimini di Twitter memang menyusupkan kesegaran di tengah dunia sastra Indonesia yang nyaris kehilangan gagasan. Agaknya ini adalah lanjutan dari diaspora sastra di negeri ini yang mencair beberapa tahun belakangan. Setelah internet semakin mudah diakses dan bermunculan jejaring sosial di dunia maya, banyak orang kemudian mengekspresikan tulisannya, seperti di Blogspot, Multiply, Wordpress, Friendster, Facebook, termasuk kemudian Twitter.
Menurut Agus, jauh sebelum ini, sebenarnya tradisi menulis cerita mungil sudah digarap beberapa sastrawan Indonesia. Penyair Sapardi Joko Damono pernah membuat karya serupa dalam Perahu Kertas atau Mata Pisau. Joko Pinurbo juga menulis ceria mungil, seperti Celana atau Tukang Cukur.
Agus sendiri juga menyajikan cerita serupa dalam kumpulan cerpen terbarunya berjudul Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia. Dalam cerita ”Perihal Orang Miskin yang Bahagia”, Agus membagi cerita kecilnya menjadi 27 bagian, yang merupakan fragmen-fragmen tentang orang miskin.
Hanya saja, kemunculan fiksimini di Twitter memang menjadi berbeda karena menggunakan media yang lebih mudah diakses, lebih cepat, dan mengundang interaksi langsung dari setiap pengguna internet. Lewat komputer atau telepon seluler, orang bisa menyimak atau mengirimkan cerita di sela-sela kesibukannya.
Lebih dari itu, fiksimini di Twitter menunjukkan, sastra juga bisa sangat adaptif dengan media terkini. Media ini berpotensi membuat dunia sastra semakin demokratis. Sastra menjadi tetap relevan dengan kehidupan nyata dan dengan perubahan zaman sekarang.
Sumber: Kompas, Minggu, 11 April 2010
No comments:
Post a Comment