MISTERI wanita yang dilukis Basuki Abdullah dalam sebuah lukisan, yang dalam katalog koleksi Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, disebut dengan ”Keluarga Cantik”, atau yang banyak dikenal oleh para peminat karya Basuki Abdullah sebagai ”Tiga Dara, terjawab sudah.
Salah satu wanita—dari tiga wanita—yang posenya berada paling depan adalah bernama Sharifah Azah Mohamed Alsagof, atau lebih dikenal dengan Azah Azis (82). Dia adalah penulis sastra Melayu, salah satu bukunya yang terkenal adalah Rupa dan Gaya, Busana Melayu, yang diterbitkan pada 2006.
”Woi, cantik sekali. Itu saya waktu usia 30-an tahun. Lihat kain songket merah itu. Kain itu kain kesayangan saya waktu menikah dulu,” ungkap Azah, saat pertama kali melihat lukisan dirinya yang dipasang di kamar tamu di Selatan Istana Kepresidenan, Bogor, Sabtu (24/4). Demikian diungkapkan Azah kepada Kompas sekembalinya dari Istana Bogor, Sabtu siang itu.
Saat melihat pertama kali lukisan dirinya, Azah mengaku sulit memalingkan wajahnya dari lukisan indah tersebut.
”Saya bangga dan bahagia melihat lukisan itu di tempatkan di Istana Bogor. Terima kasih. Ini ’rumah baru saya’. Sebelumnya, ’rumah saya’ di Istana Negara, Jakarta, ya?” ujar Azah kepada petugas Istana Bogor, yang mendampinginya.
Sepanjang 25 menit, Azah menyaksikan kembali lukisan dirinya tersebut. Ia ditemani putrinya, Dr Zeti Akhtar, yang telah menjadi Gubernur Bank Sentral Malaysia selama 10 tahun ini. Kini, Azah memang telah menjadi nenek. Namun, sisa-sisa kecantikannya masih tampak.
”Lukisan itu dikenal dengan ’Tiga Dara’, tetapi saya sendiri, waktu itu, sudah mempunyai anak. Jadi, bukan lagi dara,” ujar Azah, wanita kelahiran Singapura, 21 Agustus 1928, itu tertawa. Menurut Azah, lukisan tentang dirinya dan dua wanita lain itu dulunya diberi nama ”Nusantara” oleh Basuki Abdullah.
Tentang bagaimana ia bisa menjadi model lukisan Basuki Abdullah, Azah mengaku pada suatu hari di bulan Oktober 1958, ia diminta secara pribadi oleh Basuki Abdullah untuk menjadi model lukisannya.
Izin suami
Semula Basuki meminta izin kepada suaminya, Prof Diraja Ungku Abdul Azis Ungku Abdul Hamid, peminat karya Basuki Abdullah yang kemudian menjadi temannya. Sang suami mengizinkan dan akhirnya Azah pun menjadi model pelukis bergaya naturalis kelahiran Solo, Jawa Tengah, 27 Januari 1915, itu. Azah mengaku dilukis selama dua jam-an. ”Cepat sekali Basuki Abdullah melukisnya,” ujarnya.
Adapun dua wanita cantik lainnya, yang berada di belakang pose dirinya dalam lukisan itu, sebelumnya telah dilukis oleh Basuki Abdullah. ”Saya tidak tahu namanya. Akan tetapi, dia gadis India dan China,” tambah Azah.
Namun, sejak dilukis di rumah Basuki Abdullah di Singapura, Azah tidak pernah melihat lagi seperti apa goresan tangan sang maestro itu. Waktu itu, Basuki tinggal di Singapura bersama istri pertamanya yang berasal dari Belanda, Yosephine.
Setelah 42 tahun lamanya, Azah akhirnya baru bisa menyaksikan lukisan dirinya itu. ”Lukisan itu diminta Bung Karno. Karena Bung Karno sahabat Basuki, ia memberikannya.
Lukisan itu akhirnya dapat disaksikan lagi oleh Azah setelah Bank Indonesia (BI) membantunya untuk ”menemukan” kembali lukisan itu. Upaya yang dilakukan BI sejak 2004 akhirnya membuahkan hasil meskipun Azah hanya menikmati lukisannya barang 25 menitan di Istana Bogor. (suhartono)
Sumber: Kompas, Jumat, 30 April 2010
No comments:
Post a Comment