Judul Buku : Libatkan Allah
Penulis : Haritsah J. Mustafa
Penerbit : Zikrul Hakim (2009)
Tebal : 255 halaman
Latar belakang Haritsah J. Mustafa, penulis yang hidup dan berbisnis di Bandar Lampung ini menguasai atmosfer isi buku ini. Ia menulis buku motivasi dan kiat meraih sukses dengan emosi yang lengket dengan religiositasnya. Terlihat, pengalaman mengarungi hidup dengan grafik yang amat fluktuatif membuat buku ini sarat makna. Ia awali setiap langkah dengan menempatkan Allah sebagai mitra. Dan pasti, di ujungnya dipungkasi dengan meletakkan keputusan kepada Allah. Bedanya, ia pasrah dengan keyakinan yang amat tinggi bahwa yang dilakukan akan berhasil. Itu tampaknya memang yang sudah ia buktikan.
Definisi yang ia tawarkan dalam buku Libatkan Allah memang cukup tekstual. Ia menyebut, segala akibat itu timbulnya dari sebab atau permulaannya. Jika permulaannya baik, akibatnya akan baik, dan sebaliknya. Maka, untuk meraih sukses, hendaknya diawali dengan jalan Allah.
Setidaknya ada lima rekomendasi yang ditawarkan mantan karyawan swasta yang sempat jatuh bangun berbisnis perdagangan ini. Pertama, libatkan Allah. Ini opsi utama dan tak boleh ditinggal. Jadikan Allah sebagai mitra sukses sejak melangkah dari awal perjalanan. Harus diakui selama ini kita enggan menjadikan Dia sebagai mitra sukses. Kita kadang terlalu percaya diri dengan kemampuan yang kita miliki. Kalaupun bermitra kita mencari orang kaya , padahal kekayaan pemodal berada dalam genggaman Allah. Ataupun bermitra dengan pejabat, sedangkan pejabat tersebut milik Allah berikut kekayaan dan kekuasaanya. Yang lebih membahayakan lagi, kita bermitra dengan dukun atau orang pinter/paranormal. Padahal, semua kekuatan hanya milik Alah Swt.
Bagaimana caranya menjadikan Allah Swt. sebagai mitra sukses, mitra kemenangan? Caranya jadilah hamba yang baik, hidup lurus, sering berdoa, dan memohon kepada Allah. Lakukanlah amal-amal yang disukai-Nya, niscaya Dia membukakan pintu-pintu pertolongan kepada kita. Jika hal itu sudah dilakukan, insya Allah, Allah akan senantiasa melibatkan diri-Nya dalam langkah sukses kita. Terpenting lagi, persembahkan kesuksesan dan kemenangan kita bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk orang lain, untuk membantu sesama.
Kedua, menetapkan tujuan. Bisnis akan sangat menguras energi. Jika tidak dilandasi tujuan yang jelas dan benar, akan sia-sia, dan akan mudah rontok di tengah jalan. Tetapi jika niatnya benar, di samping akan bernilai ibadah, bisnis yang kita lakukan juga akan menjadi bagian dari jihad kita di jalan Allah Swt.
Ketiga, memilih usaha yang benar. Untuk menentukan usaha, harus memilih usaha yang benar. Pilihlah jenis usaha yang tidak melanggar hukum negara, apalagi hukum Allah Swt.
Keempat, jalankan dengan orang-orang yang benar. Terkadang kita tidak mempedulikan usaha yang kita jalankan dengan melibatkan orang-orang yang benar. Baik dari permodalan ataupun orang-orang yang bekerja dan terlibat dalam usaha kita. Jangan sampai modal usaha kita dapatkan dari orang, hasil yang tidak benar seperti hasil mencuri atau hasil korupsi. Begitu juga dengan orang-orang yang terlibat dalam usaha kita, janganlah orang-orang/pelaku maksiat, orang yang tidak pernah salat, orang fasik. Ini semua penting untuk mendapatkan keberkahan di dalam memulai dan mengembangkan usaha kita.
Kelima, berdoa. Berdoa adalah wujud ketergantungan kita kepada Allah Swt. Kita dianggap sombong jika sampai kita tidak berdoa apalagi melupakan doa. Hal tersebut berarti kita tidak memerlukan pertolongan Allah. Berdoa, bukan sekadar pelengkap, melainkan faktor pendukung utama ketika kita mulai terjejak di dunia bisnis. Berdoalah di awal, di tengah, dan di akhir kegiatan bisnis.
Hermantoro, Pembaca Buku, tinggal di Bandar Lampung
Sumber: Lampung Post, Minggu, 18 April 2010
No comments:
Post a Comment