Sunday, November 01, 2009

Sastra dalam Kanvas

AJANG perhelatan akbar pesta seni rupa dengan tema Utan Kayu Literary Biennale 2009,Traversing (Merandai),digelar di Kafe Atap,Teater Salihara, Jalan Salihara,Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Karya para seniman yang ditampilkan adalah gambaran bagaimana para seniman menangkap keindahan sastra ke dalam bentuk lukisan. Perhelatan ini diikuti perupa-perupa senior dengan karya-karya apik seperti Adi Gunawan, Bayu Yuliansyah, Dadang Rukmana, David Armi Putra,Decki Leos Firmansyah,Dona Prawira Arisuta,Putut Wahyu Widodo, Rifqi Sukma. Selain itu, turut pula dalam perhelatan empat tahun sekali tersebut Endang Lestari,Faisal Habibi,Hayatudin,Hendra Harsono,Ibnu Thalhah,Terra Bajraghosa,Wedhar Riyadi,dan Yudi Sulistiya.

Dalam biennale yang merupakan agenda tetap dari Komunitas Utan Kayu tersebut,para perupa hadir dengan karya pilihan dan dikuratori oleh kurator berpengalaman Wahyudin. Bahkan dalam catatan kuratorialnya Wahyudin menyebut bahwa para perupa dalam pameran ini bukanlah penganut Don Juanisme yang gemar melahap buku-buku filsafat, tapi justru telah mengamalkan pikiran-pikiran filsafat seperti hipertektualitas dan dekonstruksi dalam proses kreatif mereka.

Masih dalam catatan kuratorialnya,Wahyudin mengaku telah menyambangi para perupa dan menemukan apa yang disebut Milan Kudera dengan pengetahuan tersimpan tentang dekonstruksi pada kanvas, kertas, keramik, serat,juga kayu.Dalam karya-karya para seniman juga tersimpan sebuah sikap, dibandingkan sebuah gaya. Sikap ini lahir dari sebuah pertanyaan, apa arti lukisan,patung,dan objek instalasi?

Wahyudin sebagai kurator juga mengaku menemukan bahwa peserta pameran telah memosisikan diri sebagai pembaca pengarang yang memiliki hak tidak terbatas dalam mengalihkan puisi dan cerita dalam karyakarya yang dipamerkan dalam Utan Kayu Literary Biennaletersebut. Utan Kayu Literary Biennale 2009 Traversing (Merandai) sengaja dilangsungkan karena adanya kegelisahan di kalangan seniman mengenai gejala keseragaman bentuk dan gaya, juga ketidakimbangan antara kepiawaian teknik dengan kebaruan gagasan.

Banyak karya yang berpenampilan baik,tapi masih menampakkan jejak perupa lain atau seakan tidak mampu menyampaikan muatan ide yang berbeda. "Saya melihat karya-karya yang ditampilkan dalam pameran sudah sangat bagus. Bahkan saya sangat kagum, ternyata Indonesia memiliki perupa-perupa berbakat," kata pengunjung pameran Indra Wahyu. Dalam catatan kuratorialnya Wahyudin ingin menyampaikan dua masalah utama yang akan disikapi dalam pameran kali ini.

Wahyudin, kurator muda dari Yogyakarta, telah memilih sejumlah nama yang tergolong dalam the rising stars di medan seni rupa Indonesia kini untuk “menanggapi” karya para sastrawan yang ambil bagian pada Utan Kayu Literary Biennale 2009. "Kita akan menjelajahi seberapa jauh sastra memberi rangsangan pada penciptaan karya rupa, entah secara kasatmata ataukah tersirat, secara terang-terangan ataukah tersembunyi," kata Wahyudin. Karya-karya yang ditampilkan para perupa juga tidak bisa dianggap main-main seperti karya instalasi buah perenungan panjang dari Wedhar Riadi. Karya instalasi ini menarik dengan judul The Stranger.

Karya ini menggambarkan empat sosok manusia yang tengah mengamati sesuatu. The Stranger digambarkan pula dengan empat orang manusia yang saling tumpang tindih karena penasaran pada sesuatu. Tercatat tema traversing atau merandai berarti perpindahan dari satu tempat ke tempat lain pada bidang horizontal yang setara.Tempat yang satu tidak lebih tinggi dari yang lain.Dalam pameran ini,tempat yang berbeda bukan hanya lokasi geografis,tetapi juga disiplin seni yang berbeda antara sesama seniman. Dalam pameran ini, sastra, seni rupa,dan musik akan saling merandai.

Serpihan karya sastra akan ditafsirkan oleh perupa dalam bentuk lukisan. Dalam pameran Utan Kayu Literary Biennale 2009 juga diperlihatkan bagaimana seniman mampu memosisikan lukisan dalam berbagai makna. Tercatat pameran yang dilangsungkan dalam rangka Bienal Sastra Internasional Utan Kayu 2009 ini sengaja menggabungkan tiga unsur seni yang berbeda. Mulai dari musik, sastra hingga lukisan. Acara ini juga merupakan ajang perjumpaan sastra dan seni berbasis narasi antarbangsa dan antarwilayah Indonesia.

Festival ini menampilkan pembacaan puisi, diskusi,pameran lukisan, dan pertunjukan musik.Karena itu,festival kali ini tidak hanya merupakan pertunjukan perkembangan sastra, tetapi juga memperlihatkan tafsir visual atas sebagian dari karya-karya lukis. (bernadette lilia nova)

Sumber: Seputar Indonesia, Minggu, 1 November 2009

No comments: