JAKARTA (MI): Keterbatasan gerak sastrawan di koran cetak tidak mengekang sastrawan dalam berkarya. Keterbatasan itu malah memacu kreativitas sastrawan untuk menghasilkan karya dengan berbagai cara.
Hal itu diungkapkan pengamat sastra Sapardi Djoko Damono pada peluncuran buku 100 Puisi Indonesia Terbaik 2008 dan 20 Cerpen Indonesia Terbaik 2008 di Jakarta, baru-baru ini.
''Sastrawan harus jeli memotivasi kreativitas untuk tetap berkarya,'' kata Sapardi.
Ruang yang terbatas di media cetak harus bisa disiasati para sastrawan untuk melahirkan karya-karya cerpen dan puisi yang memikat. Hal sama juga disampaikan Jamal D Rahman dalam melihat keterbatasan ruangan bagi sastrawan menuangkan ide-idenya.
Ia mengakui koran memang memiliki keterbatasan dalam hal halaman sehingga karya sastra yang tampil di koran sering kali hanya berupa cerpen dan puisi.
''Keterbatasan itu harus dilihat sebagai tantangan kreatif. Karya sastra pun tidak harus melulu berupa cerpen, bisa juga sebuah proyeksi tentang refleksi sosial Indonesia,'' kata Jamal yang juga bergiat di majalah Horison.
Bila perlu, dunia sastra bisa memproyeksikan masa depan Indonesia bersama kondisi idealnya. Ide itu juga disetujui pembicara lainnya, yakni Radhar Panca Dahana.
Radhar melihat potensi cerpen dan puisi bisa menjadi sebuah kekuatan, terutama dalam kelihaian dan kelincahan menguasai bahasa. Ia menekankan perlunya ada keberanian para penulis sastra untuk menghasilkan terobosan-terobosan artistik dalam bersastra.
Acara peluncuran dua buku tersebut juga merupakan bagian dari penghargaan untuk para sastrawan. Menurut Trianto Triwiktoro, Direktur Program PT Kharisma Pena Kencana, penerbit buku itu, pihaknya akan memberikan anugerah sastra terbaik bagi cerpen dan puisi pilihan pembaca yang dikirim melalui pesan singkat di ponsel (SMS). Hadiah sastra itu akan diberikan September mendatang. (*/H-3)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 9 Maret 2008
No comments:
Post a Comment