Thursday, March 13, 2008

Mengusung Sastra Lewat Dunia Maya

[JAKARTA] Dunia tulis-menulis terus berkembang seiring kemajuan zaman. Berbagai tulisan fiksi membanjir di dunia maya. Namun, tidak semua fiksi yang terpampang di internet (dunia maya) termasuk dalam sastra elektronik (sasel). Pernyataan ini disampaikan jurnalis dan novelis Akmal Nasery Basral dalam sebuah diskusi "Menilik Sastra Dunia Maya" di Jakarta, Rabu (12/3) malam.

"Meskipun karya tulis tersebut menggunakan media elektronik, karakteristik yang mengikuti media harus ada. Selain itu, harus ada ukuran-ukuran sehingga suatu karya dapat disebut sebagai sasel," kata Akmal kepada SP.

Penulis buku berjudul Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku itu menjelaskan, karakter utama yang harus dimiliki sasel adalah "lahir digital" (N Katherine Hayles, Electronic Literature: What Is It?, v1.0, 2007). Artinya, diciptakan melalui komputer dan (lazimnya) dimaksudkan untuk dibaca juga melalui layar komputer. Berarti pula, dengan karakter utama tersebut, karya sastra cetak yang sudah terbit dan baru belakangan dibuat versi digitalnya tidak bisa lantas disebut sebagai sasel.

Selain "lahir digital" sasel memiliki ciri lain, pertama, diciptakan dengan dan ditampilkan melalui media digital. Ciri selanjutnya, sasel termasuk karya yang diciptakan melalui komputer, namun diterbitkan dalam bentuk cetakan (The Electronic Literature Organization, 1999).

Ciri pertama, seperti membuat puisi-puisi pendek, bahkan satu kata yang diciptakan di layar telepon seluler dan dikirimkan ke penerima lain yang membacanya juga di layar masing-masing.

Menurut Akmal, yang juga mantan moderator milis Apresiasi Sastra, masalah yang lebih serius muncul dari ciri kedua karena pengertian "diciptakan" bukan hanya ditulis atau diketik seperti dalam aktivitas rutin seorang penulis. Namun, dengan memanfaatkan kode-kode komputasi atau peranti lunak yang canggih.

Proses itu dapat dilakukan sendiri atau bekerja sama dengan orang lain. Akmal mencontohkan sajak Stops and Rebels atau The Dreamlife of Letters karya penyair digital-cum-kritikus media baru Brian Kim Stefans (Object Editions, 1998). Versi online The Dreamlife of Letters bisa diunduh dari http://www.ubu.com/contemp/stefans/dream/.

Sementara itu mengenai penggunaan bahasa Inggris dalam karya sasel, menurut blogger Mikael Johani, tidak menjadikan dirinya sebagai sastrawan Inggris. Blogger yang disebut-sebut sebagai penulis sasel pertama di Indonesia itu menyebutkan Johani sebagai sastrawan Indonesia.

"Menurut saya, penggunaan bahasa Inggris di samping bahasa Indonesia di dalam karya saya justru sebagai sumbangan bagi khasanah sasel di Indonesia, " ujar Mikael yang pernah menuntut ilmu di luar negeri itu.

Menguatkan pernyataan pemilik situs http://thetruthaboutjakarta.multiply.com/ tersebut, penulis tesis membedah Puisi Digital Cunong Nunuk Suraja mencontohkan sastrawan India yang menulis karya-karya sastranya dengan bahasa Inggris, tidak kemudian disebut sebagai sastrawan Inggris. Ia tetap disebut sebagai sastrawan India.

"Kadang-kadang cara orang berekspresi dalam menuliskan karyanya lebih mudah dengan menggunakan bahasa tertentu. Misal dengan memakai bahasa Inggris. Hal itu tidak menjadikan sang penulis sebagai sastrawan Inggris. Itu sah-sah saja," ujar Cunong yang menyelesaikan S-2 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.

Mengenai perkembangan sastra elektronik di Indonesia, Akmal mengatakan perkembangan sasel di Indonesia masih jauh dibanding luar negeri. Ketertinggalan perkembangan sasel menurut Akmal, karena banyak individu yang sibuk self-proclaimed sebagai pencetus sasel.

Akmal menuturkan, seharusnya individu-individu tersebut menseriusi sasel ini. Keterlibatan komunitas kampus dalam mendirikan pusat-pusat kajian media digital adalah penting.

Selain itu, terdeteksinya minat para akademisi (guru besar atau kritikus sastra Indonesia) untuk terlibat dalam sebuah perbincangan yang konstruktif tentang sasel serta respons pembaca adalah sama penting untuk kemajuan sasel di negara ini.[AMT/U-5]

Sumber: Suara Pembaruan, Kamis, 13 Maret 2008

No comments: