Saturday, September 04, 2010

Revolusi Budaya untuk Guru

-- Herpratiwi

TULISAN ini terinspirasi dari hasil refleksi diri dan dialog dengan teman-teman guru sehingga tulisan ini khusus saya persembahkan untuk mereka yang berprofesi sebagai guru, baik yang sudah maupun yang belum memperoleh sertifikat sebagai pendidik.

Revolusi merupakan esensi hidup dan siklus yang harus dilalui oleh setiap manusia, terlebih guru yang memang harus selalu meng-up date ilmu dan metodologi dalam membelajarkan anak didiknya. Artinya, guru tidak boleh salah menanamkan konsep, prinsip, kaidah, dan nilai-nilai luhur lainnya demi kemuliaan anak didiknya di kehidupan yang akan datang karena revolusi dilakukan memang untuk masa depan.

Revolusi menuntut pengorbanan yang tidak sedikit karena terkadang akan mengorbankan diri sendiri. Karena itu, revolusi bagi orang-orang tertentu akan menakutkan karena hasilnya tidak dapat diperkirakan sebelumnya/unprediction. Tetapi bagi orang yang dapat mengendalikan ketakutan tersebut, revolusi akan menjadi energi baru yang membangkitkan semangat dan sikap positif terhadap bidang garapannya.

Mengapa harus berevolusi? Karena hasil dari kinerja kita masih belum maksimal, belum sesuai dengan harapan, belum sampai pada sasaran, bahkan masih ada yang salah dan lain sebagainya.

Menurut Renold Kasali dalam bukunya, Change, menulis sebuah kalimat yang memotivasi pembacanya untuk berevolusi, yaitu "Tak peduli berapa jauh jalan salah yang Anda jalani, putar arah sekarang juga". Maknanya adalah revolusi tidak dapat ditunda, harus dilakukan setiap waktu dan tidak ada kata terlambat untuk berevolusi, walaupun misalnya masa kerja sudah akan berakhir, tugasnya sudah akan purna/pensiun.

Revolusi selalu akan mendatangkan harapan bagi diri sendiri dan terlebih bagi orang lain. Harus kita yakini bahwa kalau kita mau berevolusi, orang lain juga akan berevolusi. Hanya orang yang mau belajarlah yang dapat berevolusi. Artinya, jangan terlalu percaya diri dengan potensi dan pengetahuan yang sudah dimiliki karena apa yang sudah kita miliki hanya merupakan bagian kecil dari apa yang belum kita miliki.

Revolusi seperti apa yang harus dilakukan guru? Revolusi budaya, yaitu menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik dan memulai kebiasaan-kebiasaan kecil yang paling mudah dalam pembelajaran.

Revolusi budaya akan memantapkan guru memiliki profesi yang sejajar dengan profesi lainnya. Jangan sampai terjadi guru yang bersertifikat tidak mencerminkan dirinya sebagai guru yang profesional. Artinya, sama saja dengan hari-hari sebelum dia memiliki sertifikat pendidik, atau malah semakin rendah, karena over confidence dan muncul persepsi bahwa dia adalah guru yang sudah baik dan benar.

Sehingga, ia pun sudah tidak mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah (seminar, work shop dll.) lagi, tidak mengikuti organisasi profesi, setop membaca buku, tidak mendesain pembelajaran dan LKS sendiri tetapi mengopi dari teman atau penerbit dll. Penulis berharapan guru yang sudah bersertifikat hendaknya dapat menjadi contoh, terutama bagi guru lain yang belum bersertifikat dan juga bagi profesi lainnya.

Dengan demikian, orang akan menghargai profesi guru dari sisi tugas mulianya, yaitu memberdayakan dan membudayakan manusia, bukan dari sisi finansialnya saja.

Guru yang tidak mau melakukan revolusi budaya akan sulit menata dirinya untuk menggapai empat kompetensi yang wajib ia miliki, yaitu kompetensi kepribadian, profesional, sosial, dan pedagogik. Hal itu dikarenakan revolusi budaya akan terjadi jika guru memiliki personality, behaviour, dan the sense of power.

Guru setiap saat hendaknya melakukan refleksi, apa saja yang telah ia lakukan, masih cocokkah dengan dasar filosofi pendidikan. Idealisme tetap dijaga sehingga perannya dalam mencerdaskan bangsa tidak luntur.

Jika guru angkuh, hasil refleksi tidak akan terjadi. Oleh karena itu, guru harus rendah hati, tidak berhenti belajar. Prinsip belajar adalah siap menerima masukan, kritik, dan saran walau dari orang lain yang lebih muda. Karena, diri sendiri terkadang tidak mempunyai banyak waktu mengakses untuk berbagi informasi.

Belajar bersama dengan teman seprofesi (getting better together) akan lebih menyempurnakan apa yang sudah kita miliki. Selamat berevolusi teman-teman guru. Semoga berhasil menghadapi tantangan.


* Herpratiwi, Dosen FKIP Unila

Sumber: Lampung Post, Sabtu, 4 September 2010

No comments: