Jakarta, Kompas - Beasiswa kuliah yang diberikan pemerintah pusat untuk membantu mahasiswa masih minim. Kucuran beasiswa kuliah bagi mahasiswa di perguruan tinggi negeri dan swasta yang diambil dari APBN baru dirasakan sekitar 6 persen mahasiswa Indonesia.
Berdasarkan data Direktorat Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, pada tahun 2009 kucuran beasiswa kuliah dari APBN dialokasikan untuk 240.031 orang. Dengan jumlah mahasiswa sebesar 4.263.385, persentase mahasiswa yang mendapat beasiswa dari pemerintah tidak mencapai angka 6 persen.
Beasiswa rutin yang dikucurkan dari APBN, antara lain, bantuan belajar mahasiswa (BBM), peningkatan prestasi akademik (PPA), peningkatan prestasi ekstrakurikuler (PPE), dan olimpiade sains internasional (OSI). Sejak 2010, pemerintah mengucurkan beasiswa bidik misi untuk membiayai kuliah 20.000 mahasiswa baru hingga lulus.
Beasiswa yang ditujukan secara khusus untuk mahasiswa dari keluarga tidak mampu yakni BBM yang diberikan untuk 126.611 mahasiswa yang besarnya sekarang sekitar Rp 350.000 per bulan. Beasiswa ini dikucurkan untuk mahasiswa tidak mampu di PTN dan PTS.
Adapun beasiswa bidik misi khusus bagi mahasiswa tidak mampu hanya untuk yang diterima kuliah di PTN. Setiap mahasiswa mendapat beasiswa Rp 10 juta per tahun selama tiga tahun untuk jenjang diploma dan empat tahun untuk jenjang S-1.
Beasiswa non-APBN yang dikucurkan di perguruan tinggi berasal dari Yayasan Supersemar, pemerintah daerah, badan usaha milik negara/daerah, bank, perguruan tinggi yang bersangkutan, dan swasta. Pada 2009 tercatat 87.860 beasiswa yang didata dari 67 PTN (dari 82) dan 1.231 PTS (dari 2.458).
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Rochmat Wahab, dihubungi dari Jakarta, Senin (13/9), mengatakan, beasiswa dari pemerintah untuk mahasiswa tidak mampu sebenarnya sangat membantu untuk bisa kuliah. Namun, jumlahnya memang belum memadai untuk membiayai kebutuhan hidup yang layak selama kuliah.
”Padahal, memang ada mahasiswa yang benar-benar miskin. Kami ingatkan kepada mahasiswa penerima supaya beasiswa yang ada dicukup-cukupkan,” kata Rochmat.
Sebagai contoh, mahasiswa baru dari keluarga tak mampu yang diterima kuliah di PTN dengan beasiswa bidik misi memang merasa lega karena tak perlu memikirkan biaya kuliah. Bahkan, setiap bulan diberi biaya hidup Rp 500.000.
Amat minim
Namun, biaya hidup itu tentu sangat minim jika mahasiswa tidak mendapat bantuan biaya dari keluarga. Untuk bisa mencari pekerjaan paruh waktu juga tidak mudah. Selain itu, ada ketentuan jika mahasiswa yang sudah menerima beasiswa tertentu tidak bisa menerima beasiswa lain.
Rektor Universitas Indonesia (UI) Gumilar R Soemantri mengatakan, ada beragam beasiswa bagi mahasiswa yang benar tidak mampu, tetapi memiliki daya juang yang tinggi yang ditunjukkan dengan prestasi.
Pengamat pendidikan Darmaningtyas mengatakan, persoalan yang terjadi saat ini, siswa miskin sudah tersisih sejak jenjang SMP dan SMA atau sederajat karena adanya ”kastanisasi” pendidikan.
”Siswa miskin banyak yang masuk di sekolah pinggiran. Mereka sering kalah bersaing dengan siswa dari sekolah unggulan yang umumnya dimasuki siswa kaya untuk masuk PTN,” kata Darmaningtyas.
Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal mengatakan, akses pendidikan tinggi mesti terus ditingkatkan. Pemerintah berupaya meningkatkan alokasi dana untuk peningkatan mutu pendidikan tinggi dan beasiswa, terutama untuk mahasiswa tidak mampu. (ELN)
Sumber: Kompas, Selasa, 14 September 2010
No comments:
Post a Comment