Jakarta, Kompas - Sidang III Asosiasi Wayang ASEAN yang diadakan di Manila, Filipina, 23-28 Februari 2010, membuktikan bahwa eksistensi seni pertunjukan wayang boneka di negara-negara ASEAN memperoleh dukungan nyata, baik dari pemerintah maupun lembaga regional, seperti Kerja Sama di Bidang Kebudayaan dan Informasi (COCI) ASEAN.
Ketua Umum Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Senawangi) H Solichin, selaku pimpinan delegasi Indonesia sepulang dari Manila kepada Kompas, Senin (1/3) di Jakarta, menyatakan, ASEAN Puppetry Association (APA)—dibentuk di Palembang, 7 September 2007, makin menemukan arah pengembangannya. APA beranggotakan 10 negara, tetapi hanya tujuh negara hadir di sidang itu.
Solichin mengatakan, sidang menghasilkan keputusan-keputusan strategis, terutama nota kesepahaman (MOU) berisi kerja sama mencegah dan menyelesaikan persoalan ”klaim” budaya di antara negara anggota.
”MOU itu didasari semangat kebersamaan ASEAN untuk saling menghargai dan melindungi kebudayaan, terutama wayang. Semua anggota APA sepakat bekerja sama dalam pelestarian dan pengembangan wayang di negaranya, sekaligus mendorong inovasi wayang,” kata Solichin.
Menurut dia, MOU Manila bisa dikembangkan untuk bentuk seni budaya lain. Sekalipun pada dasarnya ”klaim” budaya itu tidak perlu, melalui MOU apa pun persoalannya akan lebih mudah menemukan solusinya.
Sidang juga memutuskan menerbitkan Buku Wayang ASEAN—memuat semua wayang di 10 negara ASEAN, kecuali Brunei yang dalam tahap perintisan. Buku itu berisi sejarah dan bentuk-bentuk wayang yang ada di ASEAN.
Buku itu disusun tim APA—diketuai Prof Ghulam Sharwar. Rencananya akan diluncurkan di Sidang IV APA di Kuala Lumpur, Juli 2011. ”Penerbitan buku kami nilai strategis karena memuat bentuk-bentuk wayang yang ada di setiap negara,” kata Suparmin Sunjoyo dari Senawangi.
Untuk pelestarian dan pengembangan wayang, sidang menyepakati pembentukan sanggar-sanggar kesenian wayang di setiap negara serta tukar menukar informasi dan tenaga ahli. Sidang juga mendorong pembentukan organisasi pewayangan di setiap negara agar eksistensi wayang lebih kukuh. (ASA)
Sumber: Kompas, Selasa, 2 Maret 2010
No comments:
Post a Comment