Monday, March 29, 2010

Bahasa yang Tak Dipakai di Sekolah Akan Punah

Jakarta, Kompas - Dalam seabad ke depan, 50 persen dari bahasa yang saat ini ada di dunia, yang diperkirakan sebanyak 6.700 bahasa, diperkirakan akan punah. Kepunahan itu akan dipercepat jika suatu bahasa tidak dipergunakan sebagai pengantar dalam pendidikan di sekolah.

Perkiraan hilangnya separuh dari bahasa yang ada di dunia itu diperkirakan oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), seperti dipaparkan Dr Dendy Sugono dari Pusat Bahasa dalam diskusi menyikapi Undang-Undang (UU) Bahasa di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta, Sabtu (27/3).

Diskusi yang diadakan Harian Kompas, Forum Bahasa Media Massa (FBMM), dan Inilah.com itu menyoroti keberadaan UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan yang berlaku sejak Juli 2009. Namun, sebagian besar pembicara dan peserta diskusi mengakui, tidak banyak yang mengetahui keberadaan UU itu. Narasumber lainnya adalah TD Asmadi (Ketua Umum FBMM), Hinca IP Panjaitan (praktisi hukum pers), dan Eko Endarmoko (praktisi bahasa).

Dendy, yang juga mantan Kepala Pusat Bahasa, menjelaskan, di Indonesia saat ini tercatat ada 746 bahasa, yang tersebar dari Aceh sampai Papua. Dari keseluruhan bahasa itu, ada yang kini penuturnya tinggal seorang, dan yang paling banyak bahasa Jawa yang dituturkan sekitar 75 juta orang.

”Bahasa yang penuturnya tinggal seorang itu tinggal menanti saat untuk punah. Jika tak diajarkan dalam pendidikan di sekolah, dipastikan bahasa itu akan punah. Karena itu, kita harus berusaha sekuat tenaga untuk tetap menggunakan bahasa Indonesia menjadi pengantar dalam pendidikan. Jika tidak, bahasa Indonesia pun bisa punah,” kata Dendy.

Hinca mengingatkan, yang kini dibutuhkan adalah menumbuhkan kebanggaan masyarakat untuk menggunakan bahasa Indonesia. Tanpa kebanggaan itu, bahasa Indonesia pun akan terkikis di masyarakat.

Apalagi, Hinca, Eko, dan Asmadi mengakui, UU No 24/2009 tak tersosialisasi dengan baik dan kurang mendorong tumbuhkan kebanggaan menggunakan bahasa Indonesia itu. (tra)

Sumber: Kompas, Senin, 29 Maret 2010

No comments: