Jakarta, Kompas - Gerakan literasi dan budaya membaca yang menjangkau masyarakat daerah dapat dipercepat dan ditingkatkan dengan mengoptimalkan taman bacaan masyarakat.
Tercatat sekitar 5.000 taman bacaan masyarakat (TBM) di seluruh Indonesia berpotensi mengembangkan program literasi lokal dari komunitas lokal.
”Selama ini, sejumlah fasilitas membaca, seperti perpustakaan, terasa menakutkan karena terkesan hanya orang sekolahan yang masuk ke dalamnya,” ujar
Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat Indonesia Heri Hendrayana Harris di Jakarta, akhir pekan lalu.
Heri atau lebih dikenal sebagai Gola Gong mengungkapkan, TBM bisa berada di garda depan pemberantasan buta aksara dan menumbuhkan minat baca karena mudah diakses masyarakat, tidak eksklusif, dan membumi.
Pada TBM, warga setempat dapat mengakses berbagai referensi, sekaligus menjadi wadah bagi komunitas untuk beraktivitas sesuai karakter dan potensi daerah tersebut. ”Taman-taman bacaan yang ada perlu difasilitasi untuk berbagai praktik cerdas dan terbaik pengelolaan sehingga taman bacaan dapat dikelola secara lebih kreatif dan profesional,” ujar Heri yang juga pengelola TBM Rumah Dunia Serang.
Bentuk kegiatan terkait literasi, antara lain pelatihan, pertunjukan, aneka lomba, dan pengumpulan buku atau wakaf buku dari masyarakat untuk TBM setempat.
Salah satu kegiatan yang telah berlangsung ialah Cipanas Membaca yang akan menjalar ke sejumlah daerah lain, seperti Padang, Riau, Makassar, Samarinda.
Saat ini, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan TBM di pusat-pusat perbelanjaan atau mal dengan sebutan TBM@mall. Direktur Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional Ella Yulaelawati mengatakan, rintisan TBM@mall akan dimulai di lima pengelola pusat perbelanjaan di Jakarta. Selain di Jakarta, juga akan dilakukan di Serang, Banten, dan Makassar.
Ella mengatakan, untuk rintisan TBM disediakan dana hibah Rp 70 juta. Jika dilengkapi dengan pembelajaran komunitas dan aktivitas-aktivitas lain, disediakan dana Rp 200 juta.
Sementara itu, untuk menyambut Hari Buku Sedunia pada 23 April, Forum Indonesia Membaca bakal menggelar World Book Day Indonesia dengan mengangkat tema ”Kepergok Membaca”. Salah satu program utamanya, yaitu Kampanye 1.000 Foto Kepergok Membaca yang akan ditampilkan online di situs web www.worldbookdayindonesia.org.
Masyarakat diajak berpartisipasi untuk 1.000 Foto Kepergok Membaca dengan mengirimkan foto ke worldbookdayindonesia@gmail.com paling lambat 30 Maret 2010. Kampanye itu bukan kompetisi, melainkan sebuah festival atau perayaan partisipatif bersifat nirlaba. (ELN)
Sumber: Kompas, Senin, 8 Maret 2010
1 comment:
to the point aja nih.. saya lagi pengen bikin penelitian tentang sejarah taman bacaan, kira2 ada info atau referensi yang bisa dibagi gak??
Post a Comment