PENYAIR Triyanto Triwikromo mengawali diskusi sastra bulanan di Balai Soedjatmoko, Solo, Jawa Tengah, bertema ”Ngudarasa Sastra”, bekerja sama dengan Bale Sastra Kecapi, Sabtu (7/2). Sastrawan asal Semarang ini mengangkat ihwal puisi lirik dengan topik ”Poslirik: Selebrasi (Sunyi) Puisi Lirik” dengan moderator Kabut Bandung Mawardi. Mengutip pendapat penyair Sapardi Djoko Damono, puisi lirik adalah sajak yang mengungkapkan evolusi pemikiran dan sastra yang kompleks. Elemen musik dimasukkan karena evolusi perasaan muncul melalui bunyi. Menurut Triyanto, embrio puisi lirik lebih berkembang daripada puisi epik atau dramatik. Perayaan puisi lirik disebabkan ”takdir teks”. Karena itu, selebrasi (sunyi) puisi lirik tidak terhindarkan. Ia menyebut contoh puisi lirik pada karya Roestam Effendi (”Percikan Permenungan”), Chairil Anwar (”Senja di Pelabuhan Kecil”), Sapardi Djoko Damono (”Saat Sebelum Berangkat”), dan Goenawan Mohammad (”Kwatrin tentang Sebuah Poci”). (asa)
Sumber: Kompas, Senin, 9 Februari 2009
No comments:
Post a Comment