BANDUNG (Ant/Lampost): Hari Bahasa Ibu Sedunia yang diperingati setiap tahun tanggal 21 Februari menjadi momen penting berbagai kalangan untuk mengingatkan semua pihak perlunya pelestarian bahasa ibu.
UNESCO dalam pernyataannya, Jumat (20-2), menyebutkan Indonesia, India, AS, Brasil, dan Meksiko termasuk negara yang memiliki kekayaan ragam bahasa, tapi jumlah bahasa yang terancam punah di kawasan itu pun cukup besar.
"Sekitar 2.500 bahasa di dunia, termasuk bahasa-bahasa daerah di Indonesia, kini terancam punah," demikian diungkapkan badan dunia yang antara lain mengurus bidang pendidikan itu.
Di Bandung, Jawa Barat, berbagai ekspresi dilakukan warga masyarakat sebagai bentuk kecintaan terhadap bahasa Sunda yang merupakan bahasa ibu di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Sunda Uviversitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung menggelar aksi damai di Jalan Pangeran Dipenogoro Bandung, Sabtu (21-2), untuk menyampaikan sikap dan tuntutan terkait pelestarian bahasa Sunda.
Kelompok mahasiswa UPI itu mengajukan tiga tuntutan, yaitu mengimbau pemeritah membuat langkah konkret, bukan sekedar mewajibkan bahasa Sunda diajarkan di sekolah-sekolah.
Menuntut bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan jangan sampai menggeser kedudukan bahasa daerah karena sudah memiliki porsi masing-masing.
Tuntutan ketiga aksi mahasiswa itu, menginginkan adanya perubahan regulasi dari kebijakan pemerintah yang menyangkut keberadaan bahasa daerah.
Ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Sunda UPI, Karsim, mengaku prihatin terhadap makin terkikisnya kesadaran masyarakat terutama kaum muda akan pentingnya mempertahankan penggunaan bahasa Sunda.
Di Kalimantan Barat, peneliti Balai Bahasa Pontianak Dedy Ari Asfar menilai Kalimantan Barat membutuhkan Peraturan Daerah (Perda) Bahasa Ibu karena terjadi kecenderungan pemutusan mata rantai penggunaan bahasa daerah pada satu generasi.
"Kalbar merupakan komposisi masyarakat yang multietnik dan multibahasa," kata dia di Pontianak, Minggu (22-2).
Menurut dia, bahasa ibu diidentikkan dengan bahasa daerah atau bahasa etnik untuk komunikasi informal dalam ranah keluarga dan komunitas tertentu.
Namun, dalam konteks sosiolinguistik, bahasa ibu sebenarnya tidak saja identik dengan bahasa daerah, karena bahasa Indonesia bisa juga disebut sebagai bahasa ibu karena orang tua si anak itu multietnik atau ia lahir dari perkawinan campuran.
"Misalnya, ayah dari Jawa dan ibu dari Dayak. Di rumah, pasangan Jawa-Dayak itu tidak menggunakan bahasa Jawa atau bahasa Dayak kepada anak-anaknya, tapi menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar atau tuturan dalam keluarga, maka bahasa ibu dalam keluarga itu adalah bahasa Indonesia," kata dia. n S-1
Sumber: Lampung Post, Senin, 23 Februari 2009
No comments:
Post a Comment