Jakarta, Kompas - Kehebatan dan kecerdikan Panda Nababan terungkap Jumat (13/2) malam di Balai Kartini, Jakarta, ketika sejumlah sahabatnya, seperti Karni Ilyas, Aristides Katoppo, Surya Paloh, dan Suhadibroto, serta kalangan wartawam muda, Nezar Patria, membedah buku Jurnalisme Investigatif Panda Nababan; Menembus Fakta Otobiografi 30 Tahun Seorang Wartawan.
Karni Ilyas mengakui, ketika sama-sama bertugas di lapangan sebagai reporter, Panda Nababan adalah lawan. ”Berita saya di majalah Tempo kalah cepat dibaca karena di harian Sinar Harapan sudah terbit duluan,” katanya.
Yang membedakan sekarang, menurut Karni, ia masih di jalur wartawan, sedangkan Panda di jalur politikus.
Secara berkelakar Karni menyindir, ketika menjadi wartawan Panda membabat kasus-kasus korupsi, ketika menjadi politikus di DPR korupsinya beralih ke DPR. Ratusan tamu yang hadir dibuat tertawa.
Nezar Patria dari kalangan wartawan muda mengakui Panda sebagai legenda bagi wartawan muda. ”Ia wartawan yang banyak akal, piawai, cerdik. Dengan kecerdikannya bisa menerobos berbagai narasumber. Buku yang ditulisnya merupakan warisan berharga untuk dunia jurnalistik Indonesia,” katanya.
Panda Nababan mengatakan, kiat dia dalam menjalankan kerja jurnalistik sederhana saja meski di lapangan sering menjadi rumit. ”Bagi saya, seorang wartawan investigatif harus menjalankan peran ganda di lapangan, yakni sebagai diplomat dan sebagai detektif. Dalam menguak tabir kebenaran, wartawan harus senantiasa kreatif dan tak segan memutar otaknya,” katanya.
Panda Nababan (64) memulai karier kewartawanannya tahun 1969 di Warta Harian, kemudian menjadi wartawan Sinar Harapan, Prioritas, Media Indonesia, dan Forum Keadilan. (NAL)
Sumber: Kompas, Sabtu, 14 Februari 2009
No comments:
Post a Comment