JAKARTA, KOMPAS - Nama Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, atau disingkat Abdullah Munsyi, sudah akrab di masyarakat Malaysia dan Indonesia. Banyak sarjana dan ahli membahas karya-karyanya, tetapi keliru karena menganggap apa yang ditulis Abdullah Munsyi sebagai fakta sejarah. Padahal, karya Abdullah Munsyi merupakan fiksi.
Kenyataan itu terungkap ketika budayawan Ajip Rosidi membahas tiga jilid buku Karya Lengkap Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi yang ditulis Amin Sweeney, profesor emeritus dalam bidang pengkajian Melayu dari Universitas California, Berkeley, yang kini tinggal di Jakarta. ”Sebagai fiksi, maka usaha para sarjana yang mencoba memeriksa data-data historis bertalian dengan karya-karya Abdullah Munsyi hanya perbuatan sia-sia belaka,” katanya.
Di hadapan sekitar 200 orang yang hadir dalam bedah buku itu, Ajip menegaskan, meskipun dalam karangan-karangannya Abdullah Munsyi selalu menggunakan kata ganti orang pertama, sebagai saksi tentang apa yang terjadi dan diceritakannya seperti Singapura terbakar, perjalanan ke Kelantan dan ke Mekkah, pada dasarnya karya Abdullah Munsyi merupakan fiksi.
Dalam buku Karya Lengkap Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (penerbit Kepustakaan Populer Gramedia bekerja sama dengan Ecole Francaise d’Extreme-Orient, Jakarta), Amin Sweeney juga membahas secara mendalam tentang sastra lisan dan pernaskahan.
Amin Sweeney yang juga tampil mendampingi Ajip Rosidi pada sesi dialog menegaskan, banyak sarjana dan pakar melakukan pendekatan sejarah, tetapi tidak masuk ke dalam teks itu sendiri. Mereka memeriksanya dengan data-data sejarah yang mereka peroleh di luar teks. (nal)
Sumber: Kompas, Jumat, 20 Februari 2009
No comments:
Post a Comment