Mojokerto, Kompas - Temuan bagian rahang bawah manusia di Desa Wates Umpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, belum cukup untuk mengungkap fakta sejarah manusia Majapahit. Temuan oleh tim peneliti dari Jurusan Antropologi FISIP Universitas Airlangga Surabaya itu hanya mengungkap sedikit data melalui gigi mahkota.
Hal itu diungkapkan staf pengajar dan peneliti Jurusan Antropologi FISIP Unair, Dr Toetik Koesbardiati, Minggu (8/2). ”Kami hanya dapat gigi mahkota karena penggalian memang tidak cukup dalam,” katanya.
Sebagaimana diwartakan Kompas sebelumnya, bagian rahang bawah manusia itu menjadi pelengkap temuan kerangka manusia di areal situs Trowulan pada Kamis lalu. Namun, temuan itu sudah dikubur lagi oleh masyarakat karena kondisi kerangka yang hancur jika dipegang.
Kerangka manusia yang ditemukan itu berada persis di bagian muka sebelah barat bangunan kuno berupa candi pemujaan yang ditemukan Pairin (68), warga setempat, pada 28 Oktober lalu. Candi pemujaan itu saat ini sudah dimunculkan sebagian bentuknya oleh beberapa warga.
Menurut Toetik, sampel gigi tersebut hanya bisa memunculkan data soal umur ketika orang yang memiliki gigi itu meninggal. Namun, sampel gigi itu belum dapat menjadi acuan untuk menentukan berapa sesungguhnya umur fosil gigi itu dan sudah seberapa lama terpendam dalam tanah. Karena itu, belum bisa dipastikan apakah gigi itu adalah salah satu bagian dari manusia zaman Majapahit dahulu.
Secara terpisah, puluhan warga Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, mulai resah karena selama ini dipersepsikan sebagai perusak situs Majapahit. Hal itu disebabkan sebagian warga yang sebelumnya sempat mengambil batu bata kuno dari lokasi situs Klinterejo yang kerap disebut juga sebagai petilasan Bre Kahuripan (Tribhuana Tunggadewi). Atas inisiatif Sekretaris Desa Klinterejo, Zainal Abidin, warga mulai mengembalikan batu bata kuno yang mereka ambil. (INK)
Sumber: Kompas, Senin, 9 Februari 2009
No comments:
Post a Comment